Perjalanan menuju bandara Pattimura bersama Fitri. Seorang
kekasih sekalian permata hati. Dia mengantar Saya sampai di bandara, menunggu
saya sampai selesai check in. Dia
menunggu Saya diluar, seperti kebanyakan orang. Setelah melakukan check in Saya kembali menemuinya. Sempat
juga Saya mencarinya ketika kembali di tempat ia menungguku, dia duduk di
paling pojok, jauh dari tempat Saya meninggalnya sebelumnya.
Setelah ketemu Fitri, Saya langsung pamitan, “Saya sudah mau
berangkat,” dia mengganggukan kepala dengan wajah pasi. Saya tau wajah itu,
Saya tau roman mukanya, dia sedih. “Iya! Hati-hati di sana.” Katanya.
Kita kembali ke arah parkiran, beberapa motor berjejer,
salah satunya motor Fitri, Mio Z warna pink.
Di situ, Saya keluarkan motornya dari tempat parkir, dan menyalakan mesin motor
sembari menatapnya dalam-dalam. Tatapanku hampir basah, melihatnya duduk
bersiap untuk kembali, Dia kembali menoleh ke arahku, Saya pegang kedua pipinya
serta memberikan satu ciuman pada testanya, Fitri hanya diam.
Fitri melaju dengan kendaraannya, Saya hanya berdiri dan
menatapanya dari jauh, sisa-sisa debu beterbangan menghampiriku, beberap butir
debu itu masuk ke kelopak mataku, sontak
tubuhku seirama dengan gerak tangan kuarahkan ke mata kanan, dan
mengucanya hingga rasah peri itu hilang seketika.
Saya menuju arah
bandara, menuju pintu satu. Pesawat Lion Air yang Saya tumpangi sedang bersiap,
beberapa orang berjalan masuk menuju pintu depan, ada juga masuk dari pintu
belakang. Saya berjalan masuk, tempat duduk Saya di pojok kiri no 39 C, setelah
duduk, saya mengirim pesan, “Sayang beta
sudah di pesawat, tempat duduk no 39 C,” Pesan itu terkirim.