Nawala Patra

Selasa, 22 Desember 2015

Diary: Bandara

Perjalanan pagi, debu pun belum terlihat, sisa pancaran cahaya mewarisi warnanya yang terlihat satu-satu dari semak belukar. Motor melaju, menuju arah bandara, sisa embun itu masih terasa, hingga udara pun dingin, menusuk pada dua tubuh.

Perjalanan menuju bandara Pattimura bersama Fitri. Seorang kekasih sekalian permata hati. Dia mengantar Saya sampai di bandara, menunggu saya sampai selesai check in. Dia menunggu Saya diluar, seperti kebanyakan orang. Setelah melakukan check in Saya kembali menemuinya. Sempat juga Saya mencarinya ketika kembali di tempat ia menungguku, dia duduk di paling pojok, jauh dari tempat Saya meninggalnya sebelumnya.

Setelah ketemu Fitri, Saya langsung pamitan, “Saya sudah mau berangkat,” dia mengganggukan kepala dengan wajah pasi. Saya tau wajah itu, Saya tau roman mukanya, dia sedih. “Iya! Hati-hati di sana.” Katanya.

Kita kembali ke arah parkiran, beberapa motor berjejer, salah satunya motor Fitri, Mio Z warna pink. Di situ, Saya keluarkan motornya dari tempat parkir, dan menyalakan mesin motor sembari menatapnya dalam-dalam. Tatapanku hampir basah, melihatnya duduk bersiap untuk kembali, Dia kembali menoleh ke arahku, Saya pegang kedua pipinya serta memberikan satu ciuman pada testanya, Fitri hanya diam.

Fitri melaju dengan kendaraannya, Saya hanya berdiri dan menatapanya dari jauh, sisa-sisa debu beterbangan menghampiriku, beberap butir debu itu masuk ke kelopak mataku, sontak  tubuhku seirama dengan gerak tangan kuarahkan ke mata kanan, dan mengucanya hingga rasah peri itu hilang seketika.

Saya  menuju arah bandara, menuju pintu satu. Pesawat Lion Air yang Saya tumpangi sedang bersiap, beberapa orang berjalan masuk menuju pintu depan, ada juga masuk dari pintu belakang. Saya berjalan masuk, tempat duduk Saya di pojok kiri no 39 C, setelah duduk, saya mengirim pesan, “Sayang beta sudah di pesawat, tempat duduk no 39 C,” Pesan itu terkirim.
 

Rabu, 09 Desember 2015

Gugun Avonturir


Gugun bukan pelawak!
Bukan juga pelaut! Apalagi pelacur!
Dia avonturir, dari detik ke menit,
Lorong ke lorong menuju teras

Teras itu hijau, tinggi bertangga,
Gugun menuju tangga, pulangnya sebagai avonturir
Teras hijau, tinggi, bertangga!
Jejak tertimpa, tumpuan tersisa,
Tanda, Gugun kembali dari lorong dan teras,

Karena Gugun bukan pelawak betah akan tertawa!
Gugun, pelawak dari jalanan!
Kembali dari intuisi Avonturir

__Malam Berangkai_10.12.2015

Kamis, 03 Desember 2015

Rimba Belukar "Titik dan Ganda"

Di Suatu tempat. saat mereka di pertemukan pada rimba yang belukar.
dia (Si Titik) mengenal Ganda, orang yang membuatnya merasa ada, cuplikan kata di Film "Bilik Hijau"
Ganda, wanita yang memiliki 2 orang kekasih, Namun, hal itu biasa saja dijalani. satu ketika, Titik, bertemu ganda, "Hai, Ganda" Sapaan titik yang lirih.
"Ia, Titik" jawab wanita itu.
"Baru kelihatan hari ini,"
"Kelihatan, Apa Maksud kamuu" Tanya Ganda dipenuhi rasah penasaran.
"Kelihatan Cantikmu, Ganda," ujar titik dengan penuh Menggoda.
Kamis lalu, mereka begitu akrab, tak perduli hujan. Langkah mengayuh menuju bangunan Hijau tempat titiik belajar, bangunan Fakultas, di kampus Hijau. Ganda terlihat begitu Akrab, saat langkah kecil mereka di pacu dengan canda dan tawa.. !

tiba-tiba rasah takut mulai keluar dari Ucapan Ganda,"Gimana, kalau, kita balik saja, saya takut Masuk diruang kelasmu," Ujar Ganda dengan sedikit wajah cemberut. "Mengapa Takut, siapa yang menakutimu?" Ucapan Titik, penuh rasah Heran.

ternyata yang ditakuti Ganda adalah sendalnya, ! Ganda merasa kurang percaya Diri, karena semua mahasiswa saat itu menggunakan sepatuh, sebagai bukti ketaatan terhadap aturan kampus, Imam Rijali Ini.
Titik, pun berusaha meyakinkan, bahwa tak akan ada orang yang memarahiny "Tak ada orang yang akan Memarahimu, semua pejabat dikampus ini Lagi Istirahat," kata Titik, meyakinkan Ganda yang peuh rasah takut.

perjalanan mereka sampai pada titik yang dicapai, ruang begitu kosong, tanpa seorangpun yang berlakon diantara dinding bangunan hijau itu, tak ada sedikit latar belakang yang menggambarkan intipan Liar di balik Sepi.
Kedua tangan merangkul erat, tatapan liar tak tersisah, mereka begitu mesrah, memandang sepih terhanyut diantara dua aroma yang berbeda, merangkul yang erat, sehingga pandangan itu bias. Apa yang mereka rangkul, Aroma apa yang mereka nikmati.

"Titik," Panggil ganda sambil menatap keluar jendela.
"Iya" sahut titik dengan suara serak setengah kuyup.
"diluar sana begitu indah, Pohon-pohon begitu subur, akankah ada tanah yang tumbang, menerpa bangunan ini ?" tanya Ganda sambil menunjuk beberapa pohon dengan Struktur tanah yang tak lama akan gugur dan retak.
tatapan mereka makin erat, memanjakan pohon yang mereka lihat, Aroma angin Mengipas Harum, menerpa kedua wajah yang duduk berdampingan, diantara dua sisi jendela kaca.
Satu botol Aqua' yang dibawakan Ganda Menjadi Bekal, saat menghabiskan waktu di bangunan Hijau.
berawal dari mimpi yang pekat, mereka merajai hari. dan begitu berlalu, mereka kembali menuju peraduan keramaian.

"Ganda, Tak ada kata yang paling Indah selain rasah terima kasihku untukMu." Tutur si Lelaki petualang itu
"Tetap percaya bahwa semua positiv. Dia yang terbaik dan perlu di jaga, di rawat." Kalimat terakhir dari titik, yang di posting dari media sosialnya.

Kamis_ 11.06.15
#Bilik Hijau-- Fakultas Pena.

Kamis, 19 November 2015

"Kau" Kenikmatan Malam

“Malam ini terlihat beda,” itu katamu saat malam yang pekat itu kita bentang kan di jalanan. Satu kalimat yang keluar penuh kesal, katamu atas lakonku yang plin-plan. Jalanan malam itu ramai. Ramai sekali, hingga malam tanpa paduan bulan kian ramai. Tawa pun demikian, tertawa dengan suara yang memecah hening, tawa yang patahkan gugup malam itu, bahkan ada terdengar suara tanya dari simpang jalan, tentunya orang-orang yang ikut meramaikan malam itu.
“Nah.. siapa mereka, tertawa seindah itu?” pertanyaan saat tawa kita hempaskan begitu saja. Tanya mereka di simpang jalan.
Saat perjalanan itu masih terus kita lanjutkan, tertawa memecah bisu masih tak jua padam, ingatkah? Semoga masih ingat.
di pusat kota, aturan lalulintas semakin ketat bahkan, kita akan dikekanakan sangsi ketika rambu-rambu lalulintas itu diabaikan.
“Wong edan, dua remaja itu,” kata seorang Polisi Lalulintas (Polantas), kenapa teguran itu ditujunkan untuk kita? Mungkin kamu lupa! Tapi begitulah kemesraan, ia sering menjadinkan kita lupa. Bahwa yang kita abaikan adalah aturan, otak sadarku mengatakan itu merupakan pelanggaran. Maaf, tapi kenapa otak kananku tidak memberitahuku bahwa tangismu malam itu merupakan pelanggaran yang tidak seharusnya kau cicipi.
Maaf, karena lakon malam itu aku jauh dari panduan sadarku. Seharusnya kesadaranku untuk tidak membuatmu basah akan air mata, tetapi tak terbendung jua. Jiwa ni sering kau patahkan dengan kata tulusmu, senyum santunmu, tawa bahagiamu, walaupun aku sebengis singa lapar yang bertahun-tahun hidup dengan amarah, tapi kamu masih tetap menjadi tuan yang selalu cinta akan hewan peliharaannya.
Nah.. kamu pasti ingat, mengapa polisi gemar menegur kita? Ya, karena canduku, terpaksa aku harus menabrak lampu merah, melaju dengan kecepatan tanpa memperdulikan rambu-rambu lalulintas, walaupun kau terpaksa tersenyum tetapi takut dengan kecepatan yang aku gongcangkan dijalanan. Itulah kehebatanmu, kau hanya bisa menikmati ganasku, tanpa memperdulikan jiwamu.
“Apa karena bahagiaku lebih berarti dari dari jiwamu?” pikirku demikian.
Jangan! Jangan! Aku tak sudih melihat itu terlaksana, karena aku masih menginginkan kamu melihat dunia yang luas, masih mengiginkan kita untuk mencicipi bahagia yang lain, yang belum sempat aku memetiknya dari langit untukmu. Dunia dan duniaku selalu merindukanmu.
***
Duduk bersilang kaki melantai di tengah trotoar jalan, mencicipi tiga buah kedondong (Lannea grandis), tiga buah mangga (Mangifera Indica) yang diracik garam dan rica kemudian ditumbuh halus, tapi selerahku tak jua surut amarah aku ikuti dengan rasaku, begitu juga kau, tampak selerah itu seimbang rasa yang memang pas untuk malam itu. Oh, rasanya cerita di trotoar itu tak mungkin aku simakan, selalu aku putarkan dalam memori ingatanku, yang makin hari nanar.
Kita habiskan waktu bersama, mencicipi bua sambil menunggu dua porsi ikan bakar yang dipesan setelah pertemuan kita di pelataran jalan Sam Ratulangi bersama penjualnya.  “Nikmat!” katamu yang menggoda setelah menikmati cita rasa buah mangga (Mangifera Indica) dan kedondong (Lannea grandis).
Kau nampak biasa saja, tak secantik orang yang melewati trotoar itu, tak jua mereka yang berjualan di simpang jalan. Tetapi kau memiliki sejuta keindahan yang belum pernah aku lihat di orang yang melewati trotoar itu. Kau selalu tampil beda, beda dengan perempuan lainnya, karena kau selalu menunjukan dirimu adalah kamu, bukan kamu adalah mereka.
Dirimu selalu bersikap sederhana walaupun kau memiliki kelebihan yang lebih, itulah keindahanmu yang tak pernah aku puas akan memetiknya. Seandainya kamu adalah pohon, maka kau pohon yang paling rimbun dari ribuan pohon di taman, selebihnya kau adalah pohon dengan harga yang sangat mahal, yang tak bisa dibeli dengan dolar mereka.
Wah, dua porsi ikan bakar itu sudah disediakan , aromanya bak harum kasturi di taman Surga. Hidung mengendus hirup aroma yang mengintai pertemuan kita.
“Mari kita cicipi sayang,” ajakmu dengan nada romantis.
Kita duduk di pojok palig kiri, rasanya orang disekitar menatap kita. “Kita seakan buku panduan yang harus mereka baca,” pikiran jailku. Tapi rasanya itu cukup penting, untuk setiap orang yang ingin hidup harmonis dalam cinta dan kasih. Kebersamaan yang tidak dibuat-buat, tidak direkayasa, kata hati yang mengajak untuk berbuat demikian.
Sebagian sajian ikan itu telah dicicipi, menikmati hidangan, rasanya puas. Kepuasan itu sangat itu bernilai berbagi rasa di tengah malam, yang kadang sebagian manusia memanfaatkan malam untuk tidur, untuk bermain tetapi kita masih tetap tertawa, walaupun tak ada yang perlu ditertawakan.
Rasanya suatu kenikmatan dalam hidup bukan berawal dari seberapa banyak harta kita miliki sehingga dengan harta tersebut hati kita terasa nyaman, tetapi tertawapun membuat kita nyaman dan indah untuk dilakukan setiap saat.
Separuh malam telah kita lewati di jalanan, habiskan waktu yang tersisah dari canda dan tawa. Separuh dari sajian ikan bakar itu telah kita habiskan, tapi masih ada yang tersisah. Dari sisah porsi sajian malam itulah yang menjadikan kita sedikit untuk harus saling menatap dengan sinis, berbicara dengan nada suara yang tertekan, yang dipoles rasa takut. Ketakutanku dan ketakutanmu makin klimaks, aku berdiri dari sajian malam itu, begitu juga kau. Aku meninggalkan hidangan itu tanpa menghabiskannya, begitu juga kau.
Di situlah terlihat kecerdasanmu, kau memilih untuk lebih halus menanggapi perilaku yang terlihat seperti seorang bocah. Saat itu aku sadar, kalaupun perilaku malam itu aku dikatakan tidak dewasa, maka aku pun mengakuinya sebagaimana yang aku tuangkan saat itu. Tapi hadirmu dihadapanku membuat semua egoku tak ada apa-apanya, yang ada hanyalah kembali untuk tersenyum, menikmati sisah pertemuan yang sangat elok itu. Kata maaf yang kau keluarkan dari bibirmu malam itu mematahkan dan melebur semua racun yang mengendap pada tubuhku. Aku terharu, melihat tingkahmu seperti seorang malaikat yang turun dari biafra, tak tahan aku meninggalkanmu sebentar, dengan alasan “Mau ke kios beli rokok,” nyatanya tidak demikian, aku hanya menghindar dari tatapan malaikat malam itu, aku tak mampu menatap kedua matamu yang tengah memberikan ribuan kenyamanan yang setelah itu aku patahkan dengan keegoisanku. “Maaf,” kata batinku.
Air mata turun pengganti matahari yang terbit dari fajar hingga senja. Tangisanmu mengalahkan kemenangan egoku. Bahkan, aku hanya duduk menunduk, kau mengembalikan kenikmatan itu seketika, setelah aku mematahkannya.

Sabtu, 31 Oktober 2015

‘Feature’ Menuju Pagi Yang Tertinggal


            Menyambut aktivitas seperti biasa, menuju kampus ditengah sunrise mulai mekar. Keramaian tampak jelas, mahasiswa berlalu-lalang. Ada yang berdiri di bawah pepohonan, ada yang menuju langsung ke fakultas masing-masing. Senin, (12/10)
            Mochtar, dosen yang paling ditakuti mahasiswanya, bukan karena jahatnya, juga bukan karena wajah yang menyeramkan, namun karena disiplin yang ia terapkan. “Aku, tidak membolehkan yang terlambat mengikuti kuliah,” katanya, yang selalu diingatkan sebelum menyampaikan mata kuliahnya.
            Selain mengajar Feature, dosen yang suka disapah ‘Abang’ ini mengajar Jurnalisme Investigasi. Namun, Ia hampir tak luput dari disiplinnya. Dua mata kuliah yang dirangkap, aturannya sama.
            Ihsan (22), mahasiswa Jurnalistik semester lima, tampak kaget setelah tiba di depan pintu kelas, melihat pintu yang tertutup rapat,“Waah ! Terlambat lagi,” ujarnya sambil menggaruk kepala.
            Ia berdiri sejenak, mengintip dari lubang kecil pada pintu berwarna coklat, namun, tatapannya tidak membuahkan hasil, tak terlihat gerak-gerik dosennya sedikitpun, hanya suara yang terdengar samar, menghampiri dinding beton fakultas.
            Tak lama kemudian, dahang p

Kamis, 22 Oktober 2015

Pendidikan Sepahit Kopi Tanpa Gula

    Di jalanan, hidupku berteman sepeda, mengelilingi lorong-lorong kecil. Menghabiskan usia kekanakanku, semua itu ku lalui di pasar, tempat orang tuaku mengais rezeki. Pendidikan sebagai masa depan telah ku tinggalkan, aku tak perlu sekolah karena kedua orang tuaku tak mampu membayar ongkos sekolah. Potret kehidupan yang tergambar dari lakon seorang bocah di pasar Batu Merah.
   
    Pasar tersebut merupakan pasar tradisional masyarakat di kota Ambon, berbagai macam kebutuhan sehari-hari dijual di sini. Mulai dari sembako hingga kebutuhan lainnya. Berbagai macam kebutuhan hidup bisa didapatkan di sini. Para pedagang kerap tidak memperdulikan waktu. Tak ada batas yang menyangga para pedagang untuk tetap berjualan. Tuntunan hidup memaksa mereka untuk melakukan apa saja, bukan hanya untuk mendapatkan sesuap nasi, melainkan sebagai tunjangan pendidikan untuk anak, sehingga mereka kerap menghabiskan malam demi meraih mimpi anak-anak mereka. Tetapi tak semua orang yang berjualan di Arumbai mampu memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anaknya. Sebab, keuntungan yang mereka dapatkan belum bisa dikatakan mencukupi kebutuhan sehari-hari, apalagi membiayai anaknya yang bersekolah.
   
    Hidup seolah perlombaan, orang-orang bertarung untuk mencapai kemenangan, melawan ganasnya malam, tak peduli berapa suhu udara yang menyebabkan mereka tertimpa sakit, tak perduli kapan mereka tidur. Siklus kehidupan yang terus mengintai mereka, pedagang kaki lima.
   
    Andik, anak dari seorang pedagang kaki lima, seolah bangga memiliki sebuah sepeda, walaupun tanpa rem. Lorong kecil tempat para pedagang berjualan, disitulah lintasan Andik melaju tanpa memperdulikan keselamatannya. Bocah berambut pirang itu tampak ramah bersama sepedanya, berlalu-lalang di tengah keramaian mobil, sepeda motor, maupun pengunjung yang sibuk belanja. Selain mengemudi sepeda, bocah ini punya hobi yang sama seperti anak-anak lainnya, bermain play station adalah aktivitasnya di siang hari.
   

    Andik baru berusia sepuluh tahun, usia di mana ia harus menerima pendidikan di sekolah, tetapi hal itu tak semuda membalik telapak tangan. Ia merasa pendidikan bukan bagian dari anak seorang pemulung. Hal ini mengakibatkan sang bocah menghabiskan waktu bercumbu bersama sepedanya.
   
    Ayahnya bekerja sebagai seorang pemulung plastik, untuk menghidupi keluarganya, Ia relah menghabiskan waktu melawan ganasnya matahari, bahkan pekerjaan ini dilakoni hingga senja terbenam pada bibir langit yang terbentang, hanya untuk mendapatkan sesuap nasi. Berjalan menempuh jarak yang tak pernah ia hitung, bahkan waktu pun tak pernah ia kenal. Langkah kaki terus mengayuh menyusuri tempat sampah, disanalah kehidupannya, berusaha mencari plastik bekas yang terbuang di simpang jalan. Akhirnya, dari pendapatan ayahnya, Andik, bocah berteman sepeda itu, enggan untuk disekolahkan.
   
      "Di kampung saya pernah sekolah," kata bocah berambut pirang, saat ditanya seorang lelaki yang mendatanginya. "Terus, kenapa tidak sekolah lagi," lelaki itu kembali bertanya penuh rasa penasaran. Tiba-tiba Andik pun menunduk bungkam. Tak ada sepatah kata dari bibir mungilnya. Beberapa menit kemudian, bocah itu kembali mengangkat wajahnya, sembari memandang lelaki yang ada dihadapannya. Mereka saling bertatap, diantara mereka masih banyak orang yang sibuk berlalu-lalang, suasana malam itu ramai, tetapi senyap, hanya berteman malam yang gulita. Lampu-lampu yang bertengker di tenda-tenda para pedagang, rasanya mesra menemani tuannya.
   
    "Aku, tidak sekolah karena orang tuaku tak punya uang !" Kata Andik spontan, saat mereka berdua dalam diam. Lelaki itu tersentak kaget mendengar perkataan Andik, sehingga ia pun berfikir untuk bertanya lebih banyak tentang bocah yang berteman sepeda itu. "Lalu, apa pekerjaan ayahmu ?" "Memunggul plastik bekas." Kata Andik, mendengar ceritanya, lelaki itu terdiam sejenak, sambil menatapnya dalam-dalam.
   
    Minimnya ekonomi, menghapus cita-cita setiap anak bangsa yang ingin sekolah, padahal pendidikan adalah suatu cara untuk memanusiakan manusia, untuk mencapai kehendaknya sebagai manusia yang dimanusiakan. Ditengah keramaian pasar, mereka berdiri berhadapan seperti serdadu menghadap tuannya. Lelaki itu kembali bertanya, "Apa yang dijual ibu di pasar ?" "Buah pepaya dan buah nangka yang dijadikan untuk sayur !" Andik tak segan menjawab setiap pertanyaan, seakan ia menikmati setiap bait pertanyaan dari lelaki yang baru ia kenal beberapa menit yang lalu.

    Andik memiliki dua orang kakak yang senasib dengannya, mereka tak menempuh pendidikan seperti anak-anak lainnya. "Aku memiliki dua orang kakak, tetapi mereka juga tidak sekolah." Katanya. Potret yang dirasakan oleh keluarga Andik memaksakan mereka  hidup tanpa pendidikan. Padahal, pendidikan adalah hak bagi semua anak bangsa.

    Kala itu, malam semakin larut, mobil, sepeda motor, bahkan pengunjung pun terlihat sepi, sebagian para pedagang dengan sibuk bergegas merapikan tempat jualan, sebagian dari mereka masih tetap menunggu, duduk melankolis, menjaga barang dagangan mereka. Suasana pasar tak seramai awal pertemuan mereka. Namun, suasana malam itu tidak menarik simpati mereka untuk beranjak dari lorong-lorong tempat mereka berdiri.

    Dulunya, pendidikan sepahit kopi tanpa gula, sangat pahit. Tak ada rasa yang lain menyaingi pahit pendidikan zaman dulu. Kepincangan yang terulang kembali, hingga mereka, orang-orang seperti Andik harus menikmati pahitnya pendidikan yang digagas pada abad sebelumnya. Kemoderenan hanya dikenal untuk orang yang bergaun hedonis, bukan untuk mereka yang seharusnya mendapatkan pendidikan. Padahal, perkembangan teknologi diabad ini, membutuhkan orang-orang yang berpendidikan. Apakah pendidikan tak berpihak untuk mereka kaum proletar ? Sebuah peristiwa silam yang diperingati diera modern.

Rabu, 09 September 2015

Soal Teman

Mari teman, kita berteman
Hapus luka dan duka
Ini  tentang pertemanan kemarin !

Teman, sisipkan belatikmu sebentar !
Sisipkan amarah !
Kita tak mungkin berteman, karena amarah, belatik.
Mereka berbisik di telingaku ! Amarah, belatik, terlalu pongah

Mumtaz

Aku !
Bisa Ku dendangkan sebua lagu


Menyambut kalian yang baru, adikku !

Adiku yang ramah, Disinilah Mumtaz kalian
Mumtaz yang harus  dibuktikan dengan deretan fakta.
Bukan sekedar melos sinoptik.


Kalaupun di kampung kita dipandang Jelata . Kalaupun di Negeri Ibu Bapakmu Adikku, Kita sebongkah akar yang Rapuh?
Maka disini !
Jadilah kamu Kencana, menuju destinasi Mumtazmu.

Senin, 03 Agustus 2015

Puluhan Jahitan Di Bhayangkara

         Bilik Bhayangkara, Rumah Sakit, yang berada di pelataran lokasi Kepolisian, Tantui. Ruangan mutiara, tepat paling pojok kiri dari arah masuk pintu gerbang. Mutiara adalah ruangan perawatan bagi para pasien yang mengalami luka serius. di Mutiara pula, laki-laki yang berusia 21 Tahun, Yusuf namanya, berbaring menahan sakit di sekujur badan. 20 jahitan di bagian tangan dan kaki, membuatnya harus menanggung sakit, pedih atas apa yang dia alami menjelang subuh, benturan itu terjadi bersama sepeda motornya, pada 28 juli 2015, sekitar pukul 04.00 Wit. di kediaman Desa Batu Merah.

Separuh Doa' Di Kota Jawa

Matahari tampak terbenam, bias jingga memudar di kaki langit, Sementara sang Mu'azin dengan suara merdu dan lantang menyerukan Adzan, Isyarat memuji dan memuja sang pencipta, Mencipta akan seluruh jagat Raya. Keindahan suara itu, mengajak sang bocah yang berada di tepi pantai bergegas laju menuju arah sang Mu'azin, suara itu pun terhenti, sang bocah tiba di masjid, rumah ibadah bagi Agama Islam.

Al- huda, bangunan Masjid yang berada di persimpangan Jalan Ir. M Putuhena, Desa Rumah Tiga, Kota Jawa, berdiri kokoh menghadap laut arah Barat. Sementara, arah kiblat menuju darat arah timur, dengan merdu dan memikat, suara sang imam yang terdengar melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an secarah faseh, suara itu terdengar dari dekat dinding-dinding Al- Huda, tembok beton berwarna putih. Sang bocah pun mengikuti ritual wajib sebelum memulai sembahyang. berwudhu, mensucikan kedua telapak tangan sampai kaki.

La Tuba'a Sang Marbot Al-huda

    Sejak 1959 Sang Kakek bertualang di Negri Raja-Raja, kota Ambon. Proses perjalanan panjang dari Negeri Kraton, Kota Bau-Bau, yang di kenal sebagai Ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
sang kakek yang berusia mendekati 70 tahun ini, Akhirnya Menghabiskan masa mudanya di tanah rantau bersama istri dan dua orang putranya. sekarang, sang kakek tinggal di Kota Jawa, kecamatan Teluk Ambon.

    La Tuba'a laki-laki dari dua orang anak ini harus menghabiskan masa hidupnya di negeri raja-raja. Sejak 1959, saat kota ambon masih dalam keadaan rimba belantara, kehidupan ekonomi masih di bilang sulit, bahkan transportasi dari Kota Jawa masih menggunakan perahu, dimana masyarakat masih perlu habiskan tiga jam untuk menempuh kendaraan sebagai transportasi menuju kota Ambon. Saat itu pusat transportasi masih berada di daerah Galala, atau sekarang kita kenal sebagai tempat Fery, transportasi yang menghubungkan Galala-Poka.

    Tuba'a dengan usia yang cukup tua, dan wajah yang terlihat keriput itu harus menghabiskan masa tuahnya sebagai seorang Marbot. Sejak 2010, Tuba'a ikhlas bekerja sebagai pembersih lingkungan sampai ruang Masjid yang di jadikan sebagai tempat ibadah. Pekerjaan tersebut dilakukan setiap hari, tanpa memperdulikan berapa rupiah yang akan ia dapatkan untuk mendapatkan sesuap Nasi.

    Lima Tahun hidup sebagai seorang duda, baginya, diusia yang begitu lanjut berbagai pekerjaan sudah tak mampu ia kerjakan, selain menjadi seorang pembersih tempat ibadah di Kota Jawa. Wajah keriput tua itu, tampak tak terlihat wajah lelah, hanya ada senyum yang terpancar dari tatapan matanya yang kian nanar, ketakutan akan kematian pun begitu hilang. Bahkan rasa syukur itu terucap beberapa kali saat menceritakan perjalanan dari tanah kelahihrannya hingga menjadi seorang Marbot di tanah rantau.

Kamis, 02 Juli 2015

Pengakuan Perempuan Katolik

     Marcellia Monika Ola, perempuan yang bekerja di cafe Ekspres, mengaku agamanya Katolik. Saat sambutan tangannya menyapaku, meminta berkenalan, "Maaf ! boleh kenalan ?" Tanya perempuan itu sambil mengulurkan tangannya. "Boleh !" jawabku sambil menyambut uluran tangannya, monika langsung menyebut nama aslinya, begitu sebaliknya aku. Perasaan takut itu menjamahku, melihat tingkah perempuan Katolik itu.

    Perempuan itu tanpa canggung merapatkan kursi duduknya di depanku, sambil mengajakku bercerita, tanpa rasah malu, monika membuka percakapannya, "mau brangkat kemana bang ?" tanya Monika. "Ohh.. tidak, hanya antar teman," jawabku sambil menunduk malu. Aku pun merasah aneh melihat tingkahnya yang sedikit berani. Namun, keanehan yang aku rasakan tidak merugikanku. lantunan cerita semakin ramai, atas tingkahnya yang sedikit berani, akupun berani dalam mengutarakan segalah hal tentang apa yang perlu aku tanyakan tentang dia.

Senin, 29 Juni 2015

Dua Cangkir Kopi Di Bandara Pattimurra

Rabu pagi, Pukul 05.15 Wit. Saat fajar tak tampak, terlihat wajah awan hitam terbentang, bertanda akan turun gerimis, dugaan itu pun terjadi. Gerimis menyapa saat berada diatas garis putih aspal, melaju bersama sepeda motor. Perjalanan menuju Bandara Pattimura. Bersama kendaraan butut itu melaju dengan kecepatan 60-80, terlihat diantara gerak jarum speed meter, mengejar waktu yang tersisah.

Kita pun tiba di Bandara, disitu tak tampak gerimis ayang turun, kecuali butiran-butiran kecil yang tersisah menyilimuti kendaraan bututku. Suara keramaian tampak terdengar jelas, sebagian mereka yang sibuk untuk berangkat, sementara yang lain menunggu jemputan keluarga, kolega, yang tiba di bandara Pattimura. Rahman (31) menenteng Ransel birunya, menuju pintu masuk untuk cek in, sementara aku berdiri mematung melihat laki-laki itu menuju pintu masuk yang dikawal oleh tiga orang penjaga, tiba-tiba dia pun hilang lenyap dari pandanganku yang mengikuti langkahnya.

20 Jahitan Untuk Yusuf di RS Bayangkara

Di bilik Bayangkara, Rumah Sakit, yang berada di pelataran lokasi Kepolisian, Tantui. Ruangan mutiara, tepat paling pojok kiri dari arah masuk pintu gerbang. Mutiara adalah ruangan perawatan bagi para pasien yang mengalami luka serius. di Mutiara pula, laki-laki yang berusia 21 tahun, Yusuf namanya, berbaring menahan sakit di sekujur badan.

20 jahitan di bagian tangan dan kaki, membuatnya harus menanggung sakit, pedih atas apa yang dia alami menjelang subuh, benturan itu terjadi bersama sepeda motornya, pada 28 juli 2015, sekitar pukul 04.00 Wit. di kediaman Desa Batu Merah.

Kamis, 11 Juni 2015

Bilik Hijau-- Fakultas Pena.
 

Dok: Vhiet
Di Suatu tempat. saat mereka di pertemukan pada rimba yang belukar.
dia (Si Titik) mengenal Ganda, orang yang membuatnya merasa ada, cuplikan kata di Film "Bilik Hijau"
Ganda, wanita yang memiliki 2 orang kekasih, Namun, hal itu biasa saja dijalani. satu ketika, Titik, bertemu ganda,
"Hai, Ganda" Sapaan titik yang lirih.
"Ia, Titik" jawab wanita itu.
"Baru kelihatan hari ini,"
"Kelihatan, Apa Maksud kamuu" Tanya Ganda dipenuhi rasah penasaran.
"Kelihatan Cantikmu, Ganda," ujar titik dengan penuh Menggoda.

Jumat, 05 Juni 2015

HERO PUN TUMBANG

25.05.15 Jam 22.30 .Hidup tak pernah terlepas dari masalah. Dengan masalah manusia menjadi lebih dewasa. "Masalah itu Mendewasakan." Kata Lina, Dewan Kehormatan LPM, saat mengakhiri rapat di sekretariat, Gedung Kembar lantai II. M. Fahrul Kaisuku (24), Pemimpin Umum LPM Lintas, IAIN Ambon. Diam adalah cara fahrul menyelesaikan permasalahannya, saat ritme suara makin keras, tunduk dan mendengar adalah cara sederhana menunjukan sopan santunNya. Diantara Anggota yang ikut hadir saat itu, semuanya diam mengamati apa yang di sampaikan kak Lina. Sementara bang etok, ikut mendengar ceramahnya. Suasana malam kamis, menyisakan rindu antara kita dan dia, fahrul. Rapat selesai, tepat pukul 11.00 Wit. keluh-kesah pun telah di utarakan, walaupun masih meninggalkan bekas kekecewaan. Keputusan terakhir dari hasil rapat, Pertama Menindak lanjut unsur pokok permasalahan Kedua, Anggota disuruh mengverifikasi akar Masalah dari orang ketiga yang menjadi keputusan antara kekeliriuan yang terjadi. Itulah Masalah, segala bentuk ekspresi diri terbawa dalam ranah emosional yg tak terkendali. Kadang mereka Paham, apa yang akan dilakukan itu salah, namun setiap orang melihat masalah itu terlalu sederhana, yang kurang berdampak pada kepribadianNya. Rapat itu di lanjutkan esok harinya, setelah dua poin itu dilakukan. Namun, setelah rapat di Mulai, fahrul tak jua datang menghadiri rapat tersebut. Rapat dimulai, di akhiri dengan sepenghal surat panggilan. "Buat surat panggilan untuk fahrul, sehingga rapat berikutnya, diharapkan hadir" ujar bang etok, setelah menutup rapat. Senin Malam, 25/05/2015. Sesuai keputusan rapat sebelumnya, menindak lanjuti surat yang di buat sebelumnya. Sebagian Anggota LPM berkumpul di sekretariat sambil menunggu Kak Lina dan Bang Etok, suasana saat itu makin menegangkan, karena rapat tersebut bertujuan untuk mengambil sebuah keputusan yang di buat sebelumnya. Rapat Di buka, semua Anggota Di arahkan untuk meninggalkan ruang rapat, hanya Bg Etok dan Kak Lina yang menetap di ruang sekretariat. Setelah semua Anggota meninggalkan ruang rapat. Beberapa menit kemudian datanglah panggilan untuk satu orang, menghadap kak Lina, dan Bang Etok Tujuannya untuk mengambil keputusan akhir, dari hasil rapat sebelumnya. Kegiatan Rapat yang berlangsung sekitar 15 menit, tidak Maksimal. Hal itu terjadi atas ketidakhadiran pemimpin Umum, karena ini permasalahan dan keputusannya ada pada kehadiran fahrul. Kesalahan Makin melimpah, tuntutan semakin menguak di dinding-dinding sekretariat, meminta Hukuman Pemecatan terhadap Pemimpin Umum, M. Fahrul Kaisuku. Kesalahan ini di dasari atas tidak ada keterbukaan Pemimpin terhadap sebagian Anggota. Hal ini Menjadi tuntutan para Anggota, dan Meminta memberikan sangsi sesuai aturan AD-ART. Saat itu Pula, setelah semuanya sudah terpanggil, dan memberikan keputusan kepada kedua Dewan Kehormatan. Hasil keputusan dirangkum berdasarkan penyampaian beberapa Anggota yang saat itu hadir. Keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Malam yang Larut itu Pula, tepat 22.30 Wit, Keputusan harus menurunkan penimpin Umum dari Jabatannya. Keputusan di Putuskan selesai rapat. Namun, secarah pribadi, saya tidak menerima keputusan Pemecatan terhadap Pemimpin saya, ada beberapa hal yang saya pertimbangka. pertama, Fahrul Memiliki Kemampuan dalam menyelesaikan tanggung jawab, seperti menulis berita, mengedit, Lay Out, Sampai berita itu terbit, dll. Kedua, Fahrul adalah sosok pemimpin yang Mampu mengakomodir Anggotanya. Ketiga, Jiwa kemanusiaannya terlalu besar, dan Roda Organisasi tak bisa di Pungkiri, kalau tanpa Fahrul, apa yang terjadi terhadap Organisasi kemarin. Karena tak ada satu orang senior pun yang Mengbimbing kita, selain Pemimpin Umum ini sendiri. Ini yang Menjadi Pertimbangan saya. Saya pernah mengingat satu kalimat yang di torehkan oleh Dr. Aidh Al-Qarni, Beliau Mengingatkan, "Jangan Pernah mengambil Keputusan disaat anda Lagi Marah, benci, haus, Lapar, emosi, karena keputusan yang diambil dalam keadaan tersebut, tidak akan Pernah Mutlak

PENGALAMAN SERIKAT JURNALIS KEBERAGAMAN

Jumat, 08 Mei 2015

MARI KITA BERTOLERANSI

Lokasi Pengungsiaan, Lombok, Kota Mataram, NTB.
Anak-anak di Lokasi Pengungsian
Mubaligh Ahmadiyyah Transito Majilok
Usman Anas (47) seorang pengungsian, Di Transito Majelok, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Berharap belas kasih dari segenap masyarakat maupun pemerintah.”Al-Qur’an di bakar tahun 2001. Bahkan, ada perempuan dari golongan kami yang di bacok sampai mati.” Kata Anas, seorang Mubaligh (Ustadz) Ahmadiyyah. Selasa, (5/5).

Kamis, 07 Mei 2015

CATATAN DI BILIK KEBERAGAMAN


Jurnalisme Keberagaman
foto ini dari dokumen pribadi: Aktivitas Peserta Wokshop 






03 May 2015 kita dipertemukan dalam bingkai multikulturalisme, di Kota Mataram, Asrama Haji, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Keluarga baru itu terdiri dari berbagai macam suku, ras dan agama.

Sabtu, 25 April 2015

"SEKOLAH JALANAN DI KOTA AMBON



PAK ! KAMI BUTUH PENDIDIKAN YANG LAYAK
Wujudkan Pendidikan Maluku Yang Sehat
Mari kita simak Pengertian Pendidikan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1. menjelaskan bahwa : Pendidikan adalah  usaha sadar, dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan  proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya.

Jumat, 03 April 2015

* Kalimat Sederhana Di Hari Ultah*

 Kalimat Sederhana Di Hari Ultah 04 April 2015

Lahir: Kamis, 04 April 1996
Aku_ Harus Menulis sesuatu. Walaupun Dia sungkang untuk membacanya.
Walaupun akhirnya harus dia sobek kertas itu. Karena aku menulis bukan untuk memujanya dengan kata-kata metafora. Juga bukan untuk memuji kecantikannya.
Sesungguhnya aku menulis untuk Mengingatkan dia !
Mengingatkan dia dari Lupanya !
Dia Lupa bahwa selama ini dia semakin Lupa !

Selasa, 31 Maret 2015

“Supaya Siswa Tawuran Kata-kata”

Wawancara Billy Antoro dari Dirjen Pendidikan Dasar Depduikbud RI dengan Naning Pranoto.



“Supaya Siswa Tawuran Kata-kata”
Mataram (Dikdas): Musuh utama penulis pemula adalah stigma. Stigma bahwa kalau jadi penulis pasti akan melarat. Penulis dianggap kegiatan buang-buang waktu. Tak dapat beri penghidupan memadai.
Stigma seperti ini, menurut sastrawan Naning Pranoto, didasari pikiran materialistis. Kebanyakan dianut oleh orangtua yang memandang menulis sebagai kegiatan buang-buang waktu.

Puisi Sajak-Ku: Tentang Kata

Sajak-Ku: Tentang Kata


.Sajak-Ku.
=== === === === ===
Aku MenuLis |
Tentang Kata | Tinta Menulis Kata |
Semua Tertulis Dengan Kata Tanpa Makna ! |
Hitam Lezat Tinta Ini Menari |
Menyambut Nama Dari Tinta Hitam_Ku. |
Sekian Kata Tertulis |
Menyebut Nama Sang Kasih |
Namamu ! |

TIGA TAHUN MENUJU AKREDITAS



TIGA TAHUN MENUJU AKREDITAS
================================================

Dr. Ismail Tuanany, MM: Mari bahu-membahu menuju Akreditas yang lebih baik 

Menjemput akreditas tiga Tahun mendatang, Jurusan Bimbingan Konseling (BKI).

Minggu, 22 Maret 2015

Sang Motivator "Siti Khadija Reliubun"

:
Siti Khadija Reliubun
Tak perlu Bait-bait puisi itu untunk Mengaguminya. Aku menyayanginya Melebihi apapun yang Ku-miliki, Namun aku takut dengan kata-kataQ Yang terlihat bodoh. semua telah ku rasakan betapa pedihnya Hidup dalam penderitaan bersamanya, semuanya kita arungi bersama melawan ketakutan yang pernah kita temui dijalanan, bahkan himpitan lorong kehidupan yang begitu sempit untuk dijejaki.

Sabtu, 21 Maret 2015

BIOGRAFI SINGKAT PRAMOEDYA ANANTA TOER


PRAMOEDYA ANANTA TOER




Pramoedya dilahirkan di Blora, di jantung Pulau Jawa, pada 1925 sebagai anak sulung dalam keluarganya. Ayahnya ialah guru dan ibunya ialah pedagang nasi. Ia meneruskan pada Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya dan bekerja sebagai juru ketik untuk surat kabar Jepang di Jakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia.

Minggu, 15 Maret 2015

RESENSI BUKU "RING OF FIRE"


“Ini adalah petualangan nyata: tanpa radio, es, persediaan darurat selama berbulan-bulan pada suatu waktu melalui salah satu yang paling berbahaya dan menarik di wilayah bumi.” Begitulah komentar Sir Richard Branson pendiri Virgin Group yang tertulis di cover depan sebuah buku yang cukup menarik perhatian saya di sebuah toko buku.

Adalah “Ring Of Fire, Indonesia Dalam Lingkaran Api” judul dari buku ini. Dengan cover gambar gunung berapi di seberang lautan yang sedang diarungi sebuah kapal pinisi dan latar warna berwarna jingga jelaslah membuatnya jadi eye catching ditambah lagi hard cover nya membuat terasa sebagai buku eksklusif. Tapi ketika mulai membuka lembar demi lembar halamannya, sampul yang begitu menarik itu terasa bukanlah tandingan dari isi yang begitu jauh lebih menarik.

Kamis, 12 Maret 2015

Pemerintah belum menyelesaikannya Pesoalan Perempuan

Aktivis Perempuan Peringati Women Day

AMBON, AE—Pemerintah Provinsi Maluku dan pemerintah kabupaten/kota dinilai belum punya komitmen untuk menyelesaikan persoalan diskriminasi dan pemenuhan hak asasi perempuan di Maluku. Padahal perempuan juga punya peran siginifikan dalam mencerdas dan membangun bangsa dan negara.
Hal ini ditegaskan Direktur LAPPAN (Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Anak) Maluku, Baihajar Tualeka kepada wartawan usia acara peringatan Internasional Women Day (Hari Perempuan Internasional) pada 8 Maret di Tribun Lapangan Merdeka.

Selasa, 10 Maret 2015

Siswi SMK di Bandung Ini Dibunuh Karena Cincin

Yusi Husaeni Siswa SMK 1, Bandung
TEMPO.CO , Bandung:Yusi Husaeni, 18 tahun, siswi Sekolah Menengah Kejuruan 1 Bandung, diduga tewas di tangan kekasihnya sendiri berinisial WJ, 22 tahun. Menurut tersangka, sebelum tewas, ia dan korban sempat adu mulut.

Kasus Pembunuhan, Penangkapan Anggota Suku Tobelo Dinilai Janggal

Kasus Pembunuhan, Penangkapan Anggota Suku Tobelo Dinilai Janggal

Ilustrasi Pembunuhan

 TEMPO.CO, Ternate - Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Maluku Utara Munadil Kilkoda menilai penetapan tersangka kasus pembunuhan dua warga Desa Waci, Kecamatan Maba Selatan, Kabupaten Halmahera Timur, terhadap Bakum (40 tahun)

Puisi : Baku Kele Pela Deng Gandong

Baku Kele Pela Deng Gandong
===========================

Beta orang Maluku |
Baku bunuh bukan harus deng parang|
donk biking parang bukan par baku bunuh|
Maluku yang Dolo, biar akang jadi carita sudah| kastinggal akang par taong 1999.

Parsetang deng akang|
Pela deng Gandong ee..!
Mari katong baku kele !
baku Kele Rapat-rapat !

Gandong ee !| Sagu Salempeng Nii Mari katong Dua Bage akang.
Biar ose ka seberang| beta ka seberang.
Katong Dua baku inga Dari seberang |
Gandong ee | Jang Lupa ee !
Karna orang kanal Katong Deng Sagu |

Gandong ee | Ale Rasa sama deng Beta Pung Rasa|
Mari Gandong ee !
Mari katong Baku kele Rapa-rapat
Pela Deng Gandong

Disiplin Waktu Kuliah Andalan Mochtar Touwe

Disiplin Waktu Kuliah Andalan Mochtar Touwe
======================================
Dosen : Mochtar Touwe
Dosen jurnalistik Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (USWAH), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon. Mochtar Touwe, Menyarankan kepada mahasiswa jurnalistik smester empat agar kuliah minggu depan dilakukan pada, pagi jam 09.30 Wit, Selasa (10/03).
***
Menurutnya, kuliah di pagi hari sangat memudahkan mahasiswa untuk menerima mata pelajaran, di bandingkan menerima kuliah di siang hari. “Saya lebih senang memberikan kuliah di pagi hari karena, metode sperti ini lebih memudahkan mahasiswa menyerap pelajaran.” Ujarnya saat memberi ceramah di ruang Kelas.
***

Sabtu, 07 Maret 2015

Pengertian Cerita Rakyat Lengkap


Pengertian Cerita Rakyat Lengkap

Pengertian Cerita Rakyat Lengkap Beserta Contohnya - Cerita rakyat merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya.
Cerita rakyat adalah jenis cerita tradisional yang mencoba untuk menjelaskan atau memahami dunia dan warisan local suatu dae

Salam Tahun Baru


  • Salam Tahun Baru

Stilusmistick Photography
            Menyongsong tahun baru, keramaian kota terlihat ramai. Pesta kembang Api terus bernyanyi dan berpose diatas jumantara kemudian menyatu menjadi kumulus. Patung Pattimura terlihat tegak, kekar, salawaku ditangan kanan, parang ditangan kiri, Patung tuah itu ikut menyaksikan pesta kembang api yang di ramaikan. Pengunjung malam mulai berdiri tegak dan kepala yang terus menganga keatas, panggung dimana pesta kembang api menebar percikannya. orang-orang terlihat bingung menyaksikan pesta kembang api, terdengar teriakan histeris penuh gembira dari seabagian penonton yang ikut menyaksikan pesta tahun baru dipusat kota. Tahun baru harapan baru dengan cerita baru diawal january

WAKTU YANG TAK PERNAH MESRAH



WAKTU YANG TAK PERNAH MESRAH
    
as
Stilusmistick. photography
       
 Wahyu, gumpalan awan datang disaat kerinduan membutuhkannya. Cerita itu mulai hadir, dari huruf menjadi kata, kemudian menjadi kalimat, dari kalimat menjadi bait-bait suci yang menggetarkan. 
Wahyu, parasnya tak pernah bias, melengkung seperti matahari yag datang setelah fajar. Kemudian langkahku mengajaknya melintasi ruang kosong, tak seorang pun yang tau perjalananku bahkan Dunia kala itu tertutup rapat dalam benaknya.

Selasa, 03 Maret 2015

`Apa Itu Jurnalistik`

Apa Itu Jurnalistik?

Menurut Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak. Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dsb., namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism).

*Pers Dan Jurnalistik*

Pengetahuan Tentang Pers Dan Jurnalistik

Secara bahasa, Pers berarti media. Berasal dari bahasa Inggris press yaitu cetak. Apakah media itu berarti hanya media cetak? Tentunya tidak. Pada awal kemunculannya media memang terbatas hanya pada media cetak. Seiring percepatan tekhnologi dan informasi, ragam media ini kemudian meluas. Muncul media elektronik: Audio, audio visual (pandang-dengar) sampai internet. Jadi pers adalah sarana atau wadah untuk menyiarkan produk-produk jurnalistik.
Sedang jurnalistik merupakan suatu aktifitas dalam menghasilkan berita maupun opini. Mulai dari perencanaan, peliputan dan penulisan yang hasilnya disiarkan pada public atau khalayak pembaca melalui media/pers. Dengan kata lain jurnalistik merupakan proses aktif untuk melahirkan berita.
Hasil dari proses jurnalistik yang kemudian menjadi teks yang dimuat di media, berupa  berita maupun opini.
Fungsi Pers

Jumat, 27 Februari 2015

*Desain grafis*


Desain grafis__ adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam desain grafis, teks juga dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan. Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi dan fine art. Seperti jenis desain lainnya, desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metode merancang, produk yang dihasilkan (rancangan), atau pun disiplin ilmu yang digunakan (desain).
Seni desain grafis mencakup kemampuan kognitif dan keterampilan visual, termasuk di dalamnya tipografi, ilustrasi, fotografi, pengolahan gambar, dan tata letak.

== Puisi '' Rindu Terpaut "

**  Rindu Terpaut **

Saat Rindu Terpaut|
Tak ada sepenggal Bait yang Ku ucapan|
Kecuali rasah yang tak Henti Menggugah|
Saat rindu memanggil dalam PautNya|

**STRUKTUR PENULISAN FEATURE**

==============
STRUKTUR PENULISAN FEATURE


Lead
Mari kita tinggalkan definisi apa itu feature dan kita langsung ke teknik penulisannya. Ini yang lebih penting. Kita tahu bahwa berita umumnya ditulis dengan teknik piramida terbalik dan harus memenuhi unsur 5 W + 1 H (what, who, why, when, where: apa, siapa, mengapa, kapan, di mana, bagaimana).
Untuk penerbitan berupa koran, susunan piramida terbalik ini penting karena jika terjadi pemotongan karena tak ada tempat, pemotongan langsung dilakukan dari bagian belakang. Ini berarti lead berita itu pastilah yang terpenting dari isi berita itu sendiri. Ini harus memikat, tanpa itu berita tak menarik perhatian. Feature hampir sama dalam masalah lead, artinya harus memikat.
Tetapi feature tidak tunduk pada ketentuan piramida terbalik. Feature ditulis dengan teknik lead, tubuh dan ending (penutup). Penutup sebuah feature hampir sama pentingnya dengan lead. Mungkin di sana ada kesimpulan atau ada celetukan yang menggoda, atau ada sindiran dan sebagainya. Karena itu kalau memotong tulisan feature, tak bisa main gampang mengambil paling akhir.
Semua bagian dalam feature itu penting. Namun yang terpenting memang lead, karena di sanalah pembuka jalan. Gagal dalam menuliskan lead pembaca bisa tidak meneruskan membaca. Gagal berarti kehilangan daya pikat. Di sini penulis feature harus pandai betul menggunakan kalimatnya. Bahasa harus rapi dan terjaga bagus dan cara memancing itu haruslah jitu.Tak ada teori yang baku bagaimana menulis lead sebuah feature. Semuanya berdasarkan pengalaman dan juga perkembangan. Namun, sebagai garis besar beberapa contoh lead saya sebutkan di sini:


Lead Ringkasan:
Lead ini hampir sama saja dengan berita biasa, yang ditulis adalah inti ceritanya. Banyak penulis feature menulis lead gaya ini karena gampang.

Misal:
Walaupun dengan tangan buntung, Pak Saleh sama sekali tak merasa rendah diri bekerja sebagai tukang parkir di depan kampus itu.

Pembaca sudah bisa menebak, yang mau ditulis adalah tukang parkir bernama Pak Saleh yang cacat. Yang berminat bisa meneruskan membaca, yang tak berminat -- apalagi sebelumnya tak ada berita tentang Pak Saleh itu -- bisa melewatkan begitu saja.


Lead Bercerita:
Lead ini menciptakan suatu suasana dan membenamkan pembaca seperti ikut jadi tokohnya.

Misal:
Anggota Reserse itu melihat dengan tajam ke arah senjata lelaki di depannya. Secepat kilat ia meloncat ke samping dan mendepak senjata lawannya sambil menembakkan pistolnya. Dor... Preman itu tergeletak sementara banyak orang tercengang ketakutan menyaksi kan adegan yang sekejap itu .....

Pembaca masih bertanya apa yang terjadi. Padahal feature itu bercerita tentang operasi pembersihan preman-preman yang selama ini mengacau lingkungan pemukiman itu.


Lead Deskriptif:
Lead ini menceritakan gambaran dalam pembaca tentang suatu tokoh atau suatu kejadian. Biasanya disenangi oleh penulis yang hendak menulis profil seseorang.

Misal:
Keringat mengucur di muka lelaki tua yang tangannya buntung itu, sementara pemilik kendaraan merelakan uang kembalinya yang hanya dua ratus rupiah. Namun lelaki itu tetap saja merogoh saku dengan tangan kirinya yang normal, mengambil dua koin ratusan. Pak Saleh, tukang parkir yang bertangan sebelah itu, tak ingin dikasihani .....

Pembaca mudah terhanyut oleh lead begini, apalagi penulisnya ingin membuat kisah Pak Saleh yang penuh warna.

Lead Kutipan:
Lead ini bisa menarik jika kutipannya harus memusatkan diri pada inti cerita berikutnya. Dan tidak klise.

Misal:
"Saya lebih baik segera dihukum mati, dibandingkan bebas dengan pengampunan. Apanya yang diampuni, saya kan tak pernah bersalah," kata Amrozi Walau begitu, tim pembelanya tetap mengajukan grasi... dan seterusnya.

Terkait dengan perihal kutipan ini (dalam lead atau bukan lead) hati-hati dengan kutipan klise.
Contoh:
"Pembangunan itu perlu untuk mensejahterakan rakyat dan hasil-hasilnya sudah kita lihat bersama," kata Menteri X di depan masa yang melimpah ruah. Pembaca sulit terpikat padahal bisa jadi yang mau ditulis adalah sebuah feature tentang keterlibatan masyarakat dalam pembangunan yang agak unik.

Lead Pertanyaan:
Lead ini menantang rasa ingin tahu pembaca, asal dipergunakan dengan tepat dan pertanyaannya wajar saja. Lead begini sebaiknya satu alinea dan satu kalimat, dan kalimat berikutnya sudah alinea baru.

Misal:
Untuk apa mahasiswa dilatih jurnalistik? Memang ada yang sinis dengan Pekan Jurnalistik Mahasiswa yang diadakan ini. Soalnya, penerbitan pers di kampus ini tak bisa lagi mengikuti kaidah-kaidah jurnalistik karena terlalu banyaknya batasan-batasan dan larangan ....

Pembaca kemudian disuguhi feature soal bagaimana kehidupan pers kampus di sebuah perguruan tinggi.

Lead Menuding:
Lead ini berusaha berkomunikasi langsung dengan pembaca dan ciri-cirinya adalah ada kata "Anda" atau "Saudara". Pembaca sengaja dibawa untuk menjadi bagian cerita, walau pembaca itu tidak terlibat pada persoalan.

Misal:
Saudara mengira sudah menjadi orang yang baik di negeri ini. Padahal, belum tentu. Pernahkah Saudara menggunakan jembatan penyeberangan kalau melintas di jalan? Apakah Saudara menyetop bus kota tidak pada tempat larangan menaikkan penumpang?  Dan, ketika tidak menemukan tong sampah apakah Saudara menyimpan atau mengantongi kulit kacang yang sudah siap Saudara buang? Mungkin tak pernah sama sekali. Saudara tergolong punya disiplin yang, maaf, sangat kurang.

Pembaca masih penasaran feature ini mau bicara apa. Ternyata yang disoroti adalah kampanye disiplin nasional.

Lead Penggoda:
Lead ini hanya sekadar menggoda dengan sedikit bergurau. Tujuannya untuk menggaet pembaca agar secara tidak sadar dijebak ke baris berikutnya. Lead ini juga tidak memberi tahu, cerita apa yang disuguhkan karena masih teka-teki.

Misal:
Kampanye menulis surat di masa pemerintahan Presiden Soeharto ternyata berhasil baik dan membekas sampai saat ini. Bukan saja anak-anak sekolah yang gemar menulis surat, tetapi juga para pejabat tinggi di masa itu keranjingan menulis surat.

Nah, sampai di sini pembaca masih sulit menebak, tulisan apa ini? Alinea berikutnya:

Kini, ada surat yang membekas dan menimbulkan masalah bagi rakyat kecil. Yakni, surat sakti Menteri PU kepada Gubernur DKI agar putra Soeharto, Sigit, diajak berkongsi untuk menangani PDAM DKI Jakarta. Ternyata bukannya menyetor uang tetapi mengambil uang setoran PDAM dalam jumlah milyaran.... dan seterusnya.

Pembaca mulai menebak-nebak, ini pasti feature yang bercerita tentang kasus PDAM DKI Jaya. Tetapi, apa isi feature itu, apakah kasus kolusinya, kesulitan air atau tarifnya, masih teka-teki dan itu dijabarkan dalam alinea berikutnya.

Lead Nyentrik:
Lead ini nyentrik, ekstrim, bisa berbentuk puisi atau sepotong
kata-kata pendek. Hanya baik jika seluruh cerita bergaya lincah dan hidup cara penyajiannya.

Misal:
Reformasi total.
Mundur. Sidang Istimewa.
Tegakkan hukum.
Hapus KKN.

Teriakan itu bersahut-sahutan dari sejumlah mahasiswa di halaman
gedung DPR/MPR untuk menyampaikan aspirasi rakyat .... dst....

Pembaca digiring ke persoalan bagaimana tuntutan reformasi yang disampaikan mahasiswa.

Lead Gabungan:
Ini adalah gabungan dari beberapa jenis lead tadi.

Misal:
"Saya tak pernah mempersoalkan kedudukan. Kalau memang mau diganti, ya, diganti," kata Menteri Hukum dan HAM sambil berjalan menuju mobilnya serta memperbaiki sisiran rambutnya. Ia berusaha tersenyum cerah sambil menolak menjawab pertanyaan wartawan. Ketika hendak menutup pintu mobilnya, Menteri berkata pendek: "Eh, sudah nonton film Sam Po Kong belum, nonton ya ...

Ini gabungan lead kutipan dan deskriptif. Dan lead apa pun bisa digabung-gabungkan.


Batang Tubuh

Setelah tahu bagaimana lead yang baik untuk feature, tiba saatnya berkisah menulis batang tubuh. Yang pertama diperhatikan adalah fokus cerita jangan sampai menyimpang. Buatlah kronologis, berurutan dengan kalimat sederhana dan pendek-pendek.

Deskripsi, baik untuk suasana maupun orang (profil), mutlak untuk pemanis sebuah feature. Kalau dalam berita, cukup begini: Pak Saleh mendapat penghargaan sebagai tukang parkir teladan. Paling hanya dijelaskan sedikit soal Pak Saleh. Tapi dalam feature, saudara dituntut lebih banyak. Profil lengkap Pak Saleh diperlukan, agar orang bisa membayangkan.

Tapi tak bisa dijejal begini:
Pak Saleh, tukang parkir di depan kampus itu, yang tangan kanannya buntung, umurnya 50 tahun, anaknya 9, rumahnya di Depok, dapat penghargaan. Data harus dipecah-pecah. Alenia pertama cukup ditulis: Pak saleh, 50 tahun, dapat penghargaan. Lalu jelaskan dari siapa penghargaan itu dan apa sebabnya. Pak Saleh yang tangannya buntung itu merasakan cukup haru, ketika Wali Kota....

Di bagian lain disebut: "Saya tidak mengharapkan," kata lelaki dengan 9 anak yang tinggal di Depok ini. Dan seterusnya.Anekdot perlu untuk sebuah feature. Tapi jangan mengada-ada dan dibikin-bikin. Dan kutipan ucapan juga penting, agar pembaca tidak jenuh dengan suatu reportase.

Detil penting tetapi harus tahu kapan terinci betul dan kapan tidak. Preman itu tertembak dalam jarak 5 meter lebih 35 centi 6
melimeter..., apa pentingnya itu? Sebut saja sekitar 5 meter. Tapi, gol kemenangan Persebaya dicetak pada menit ke 43, ini penting. Tak bisa disebut sekitar menit ke 45, karena menit 45 sudah setengah main.

Dalam olahraga sepakbola, menit ke 43 beda jauh dengan menit ke 30. Bahkan dalam atletik, waktu 10.51 detik banyak bedanya dengan 10.24 detik.Ini sudah menyangkut bahasa jurnalistik, nanti ada pembahasan khusus soal ini.


Ending
Jika batang tubuh sudah selesai, tinggallah membuat penutup (dalam berita tidak ada penutup). Untuk feature setidak-tidaknya ada empat jenis penutup.

Penutup Ringkasan:
Sifatnya merangkum kembali cerita-cerita yang lepas untuk mengacu kembali ke intro awal atau lead.

Penutup Penyengat:
Membuat pembaca kaget karena sama sekali tak diduga-duga. Seperti kisah detektif saja. Misalnya, menulis feature tentang bandit yang berhasil ditangkap setelah melawan. Kisah sudah panjang dan seru, pujian untuk petugas sudah datang, dan bandit itu pun sudah menghuni sel. Tapi, ending feature-nya adalah: Esok harinya, bandit itu telah kabur kembali. Ending ini disimpan sejak tadi.

Penutup Klimak:
Ini penutup biasa karena cerita yang disusun tadi sudah kronologis. Jadi penyelesaiannya jelas. Di masa lalu, ada kegemaran menulis ending yang singkat dengan satu kata saja: Semoga. Sekarang hal seperti ini menjadi tertawaan. Ini sebuah bukti bahwa setiap masa ada kekhasannya.

Penutup tanpa Penyelesaian:
Cerita berakhir dengan mengambang. Ini bisa taktik penulis agar pembaca merenung dan mengambil kesimpulan sendiri, tetapi bisa pula masalah yang ditulis memang menggantung, masih ada kelanjutan, tapi tak pasti kapan.

============== 

Ingat-ingat:
  • Tulislah lead yang “bicara”, yang “bercakap”. Tulislah berita seperti layaknya Anda mengisahkannya secara lisan,
  • Tulislah lead pendek, paling banter 30 kata, atau tiga baris ketikan,
  • Bila pikiran mulai agak kacau ketika menulis, pilah-pilah lead Anda yang rumit itu dalam dua/tiga kalimat,
  • Sebisa mungkin gunakanlah kalimat pernyataan yang sederhana. Usahakan tak lebih dari 20 kata.
  • Gunakan kata-kata sederhana, bukan yang berkabut.
  • Hindarkan kata-kata teknis, atau istilah asing yang kurang perlu,
  • Usahakan kata-kata konkret, “Jangan katakan, tapi tunjukkan”,
  • Sebanyak mungkin pakai kata kerja yang aktif, yang menggembarkan tindakan, gerak. Sebisa mungkin hindari kata-kata sifat.
  • Berkisahlah untuk pembaca, dan
  • Berkisahlah seperti melukis.