Nawala Patra

Rabu, 06 Januari 2016

Dua Juta Untuk 2.000 Buah Kelapa



Tek..! Tek..! Tek..! Suara tempurung di bilik 2x3 meter. Rasid Rumbia (49), Mengayunkan parangnya melepaskan kulit kelapa.
Tangan kirinya memutar buah kelapa, tangan kanannya terus memotong tempurung. Kulit tempurung pecah terpanggal dan bertumpuk di biliknya.
Rasid, pedagang di pasar Arumbai melakoni pekerjaannya sebagai penjual kelapa parut. “Sudah enam tahun berjualan kelapa parut,” kata Rasid, tanpa jedah ia terus mengayunkan parangnya.
200 sampai 300 buah kelapa yang habis terjual. Rasid melakoni pekerjaannya setiap hari, dari pagi hingga malam. “Jam lima sudah harus di pasar, sampai jam sembilan malam.” Tutur Rasid, lelaki kelahiran Pasarwajo, Sulawesi Tenggara.
Ia mendapat kelapa dari seorang pemborong yang dibeli dari Desa Olas dan Tanah Goyang, Seram Bagian Barat (SBB), Piru. Rasid, lelaki lima orang anak ini mengaku setiap subuh harus merebut kelapa dari penyuplai. “Beli per buah dua ribu rupiah, ada yang sampai tiga ribu.” Ujarnya.
Harga yang berbeda di dapatkan dari penyuplai. Tergantung pada ukuran buah kelapa. Dalam sehari ia membeli sebanyak 400 buah. Adapun yang tersisah, tidak semua kelapa dihabiskan sehari. “Tergantung ramainya pasar, dalam sehari ada yang tersisah 20 buah,” ujarnya, sambil menikmati sebatang rokok ditangannya.
Untuk melancarkan kerjanya sebagai penjual kelapa parut, Rasid harus bekerja sama dengan tiga orang  penyuplai. Hal ini dilakukan supaya tidak terputus berjualan kelapa parut setiap hari.

Jumat, 01 Januari 2016

Gempa Terasa di Gedung Kembar



Deerrrrrrrrrrrrr..! Deerrrrrrrrrrrrrr..! Gedung kembar bergetar, gempa menyilimuti suasana hening.

Kursi, meja, serta perabotan di gedung pun ikut bergoyang. Mahasiswa dan dosen yang masih menempati gedung berusaha menyelamatkan nyawa mereka. Berlari menuju pelataran gedung kembar. Berkumpul di halaman kampus IAIN Ambon.

Sementara empat orang mahasiswa yang asik bercerita, spontan kaget merasakan getaran bangunan berlantai dua itu. Suasana yang tadinya meriah tiba-tiba sima. 

Sementara dua orang lelaki yang tertidur di sekret Unit Kerja Mahasiswa (UKM) Pers Lintas malam itu berlari ketakutan.

Bunyi hentakan kaki berpijak di lantai tampak berantakan. Suara ketakutan Memenuhi bangunan kembar.  Lari menuruni tangga hingga berdiri dengan nafas tersengal-sengal di lingkungan kampus.

Orang-orang yang menempati ruangan di “gedung hijau” serta-merta keluar dengan wajah pucat pasi. Listrik pun tiba-tiba mati, suasana gedung tampak seperti goa tak bertuan. “Ya Allah, takutlah. Apalagi dengar teriakan dari orang-orang yang berlari,” ujar Diaz, mengenang peristiwa yang terjadi lima menit lalu.

Getar bangunan membangunkan Aldi (24), dari tidur pulasnya di lantai satu, ruang dosen jurusan Ekonomi Syariah. Ketakutan yang berlangsung selama dua menit, “Beta lari keluar bataria-bataria,” ujar Aldi di Gedung kembar yang tengah duduk memangku lutut.

Di bangunan hijau itu, dinding yang terbuat  dari beton bergoyang tampak tak berdaya. Beberapa orang lelaki yang tengah menikmati suguhan internet di gedung itu, tiba-tiba melaju menuju pelataran gedung. Dinding beton sekejab gugur, gugurannya berhamburan di lantai.

Setelah orang-orang yang menenpati bangunan itu keluar dan  berkumpul di pelataran bangunan kembar, mereka menceritakan kepanikannya saat banguan tua  bergoyang kencang. 

Hanafi Holle (40), menceritakan peristiwa singkat yang sempat memacu kepanikannya sehingga meninggalkan pekerjaannya.

Beta sedang mengetik di laptop, saat bangunan itu bergoyang, dengan panik beta lari kaluar. Bahkan, sendal yang tadinya beta pake pun beta sengtau akang di mana. Lari tampa sendal,” Kata Hanafi, lelaki paruh baya berkaus merah, yang hanya mengenakan celana pendek putih saat lari meninggalkan ruang kerjanya.

Gempa yang terjadi pukul 01.25 WIT, berdurasi satu menit hingga menggempar orang-orang yang masih mendiami kampus di malam hari.  Bangunan rektorat yang menjulang di atas dataran tinggi lingkungan IAIN Ambon, sebagian dinding dan plafonnya ikut rontok. “Dinding retak dan plafon rektorat hancur,” ujar seorang security saat berjaga malam di rektorat.

Menurut Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG) daerah Karang Panjang (Karpan), Kota Ambon, yang dilansir dari facebook. Kekuatan  gempa tersebut mencapai 5,2 scala hicter, tidak berdampak pada tsunami.

Pukul 03.30 menjelang subuh, bangunan itu kembali bergoyang orang-orang masih tengah bercerita di gedung itu tampak kaget. Tapi goyangan itu tidak menakutkan seperti sebelumnya.