Nawala Patra

Sabtu, 25 April 2015

"SEKOLAH JALANAN DI KOTA AMBON



PAK ! KAMI BUTUH PENDIDIKAN YANG LAYAK
Wujudkan Pendidikan Maluku Yang Sehat
Mari kita simak Pengertian Pendidikan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1. menjelaskan bahwa : Pendidikan adalah  usaha sadar, dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan  proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya.

Ini merupakan sebuah sistem, yang di atur pemerintah untuk menempuh pendidikan yang berkualitas, bagi peserta didik. Dengan harapan, peserta didik dapat memperoleh hasil yang berkualitas untuk pengembangan dirinya.
Permasalahannya, apakah sistem yang di terapkan sesuai pengertian diatas, sudah di terapkan di Maluku,? Apakah di terapkan secara merata?
Kalaupun jawabanya telah di terapkan, kemudian merata. Maka yang dapat saya simpulkan tentang penerapan pendidikan khususnya, di Provinsi Maluku (Kota Ambon), kurang maksimal, terlihat dari hasil observasi saya di pesisir pantai Losari, bahkan sampai di tengah-tengah keramaian Lapangan Merdeka, kini masih ada sebegian anak-anak Maluku, yang harus mengikuti proses belajar di jalanan, sebagai  pengembangan diri. Ini adalah fenomena yang perlu diatasi, demi mencapai pendidikan yang layak secara merata. Khususnya anak jalanan di kota Ambon. Pendidikan di maluku di nilai memiliki peningkatan, ketika semua kalangan telah merasakan pendidikan yang layak dan merata, baik kalangan atas, menengah, dan kalangan bawah. Untuk merubah maluku kedepan, di butuhkan pendidikan yang layak untuk semua kalangan.
Mutu pendidikan merupakan tolak ukur keberhasilan sebuah proses pendidikan yang bisa dirasakan oleh masyarakat, mulai dari input (masukan), hingga output (produk keluaran) dari sebuah proses pendidikan.
Pendidikan sehat bangsa cerdas. “bebaskan biaya pendidikan agar kami tidak mudah di bodohi,” kalimat bijak yang di ingatkan musisi Indonesia Iwan Fals, merupakan bagian dari solusi untuk menciptakan pendidikan terhadap generasi maluku yang cerdas secara merata. Baik kecerdasan Emosional, Intelektual, dan Spritual. Ketika tiga kecerdasan ini di miliki anak-anak di Maluku maka, yakin sungguh Malauku bukan hanya di kenal dengan kekayaan sumber daya alamnya, namun sumber daya manusia pun dapat di perhitungkan, juga sebagai pisau  untuk memutuskan rantai kemiskinan yang menjadi urutan ke tiga di Indonesia.
Tujuan dari pendidikan adalah untuk ‘memanusiakan manusia’ menurut Paulo Freire. Bukankah anak jalanan juga layak untuk di Manusiakan, lewat pendidikan yang merata. Karena selama pendidikan di Indonesia belum merata, khususnya maluku, maka demokrasi kita akan selalu rusak
Sekolah Jalanan
Sekolah Jalanan,  akhirnya tiga puluh orang anak maluku mengecup pendidikan di jalanan. Pendidikan dari sebuah komunitas anak mudah maluku,  Komunitas Sekolah Jalanan namanya. Sekolah Jalanan di bentuk pada september 2014 oleh Pemuda Maluku, yang peduli terhadap pendidikan anak jalanan di Kota Ambon, kepedulian akan masa depan anak-anak yang hidup di emperan jalan, namun , memiliki keinginan besar untuk mendapatkan pendidikan.
Diakibatkan keterbatasan ekonomi yang mengharuskan mereka belajar dijalanan, tanpa seragam, sepatu, bahkan fasilitas yang mendukung, sebagai pengembangan kreativitas mereka, alam bebas adalah tempat mereka belajar, persimpangan jalan yang penuh dengan luapan sampah, debu, asap knalpot.  namun semangat akan pendidikan tak pernah pupus.
Ketika berbicara tentang anak jalanan, maka yang terbayang adalah, segalah macam diskriminasi. Berupa pencuri, maling, miras, bahkan segala macam tuduhan yang berbau negativ, terlintas di kepala. Namun yang terlihat di komunitas Sekolah Jalanan, sangat berbedah dari apa yang selama ini kita pikirkan tentang anak jalanan, kategori yang salah ketika kita mengelompokan perilaku anak jalanan, seluruhnya berbau negativ. Sebagian anak jalanan masih menginginkan pendidikan yang layak, terlihat dari komunitas Sekolah Jalanan, walaupun di tengah keramaian, luapan sampah, debu, tetapi sangat juang akan pendidikan selalu di perjuangkan.
Anak-anak yang cinta akan pendidikan, cinta akan Ilmu Pengetahuan adalah anak yang menghormati Negerinya. Cinta akan Maluku sebagai tanah kelahirannya. Demi pendidikan, mereka belajar, tanpa harus memperdulikan nasib mereka.
Dijalanan Kami Belajar
Kerinduan akan pendidikan terlihat dari tiga puluh orang anak jalanan di kota Ambon, walaupun dengan segalah kekurangan, mereka tetap berusaha untuk meraskan manisnya pendidikan. Lewat Komunitas Sekolah Jalanan mereka berproses sebagai manusia untuk di manusiakan, tak perduli dimana mereka harus belajar.
Bagi mereka pendidikan tidak harus diruangan, yang memiliki kursi dan meja. Di jalanan, emperan, juga sarana untuk belajar, hanyalah kesadaran akan pendidikan yang membuat kita sadar bahwa pendidikan tidak mengenal waktu dan tempat. Keseriusan anak-anak jalanan akan pendidikan mengetuk hati, menggugah perasaan.
Terkadang kita lupa bahwa anak jalanan, menginginkan hal yang sama seperti anak-anak lainnya, yang dengan serta-merta menerima pendidikan diruangan, dengan fasilitas yang menunjang. Tiga puluh orang anak Maluku yang berlatar belakang kurang mampu harus menghabiskan waktu dua kali dalam seminggu untuk belajar di persimpangan jalan. Keterbatasan biaya yang menjadikan mereka harus mengakhiri pendidikan disekolah. Lalu, dimana letak Keadilan Sosial yang diamanatkan Pancasilah sebagai pilar Bangsa Indonesia.
Keterbatasan ekonomi yang menjadi hal dasar, sehingga mereka harus memilih belajar di persimpangan jalan, tanpa harus memperdulikan konsekuensinya. Walaupun dengan pakaian yang sobek, tanpa beralas sendal, diatas aspal yang penuh debu.  Namun, anak-anak itu terlihat ramah saat menerima pelajaran. Keseriusanlah yang menunjukan bahwa ternyata, anak jalanan butuh pendidikan.
Masa depan masyarakat di perhadapkan dngan isu-isu global seperti, program Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), yang di berlakukan sesuai kesepakatan pemerintah, ketika proses pendidikan tidak merata, siapakah yang akan mengelola kekayaan di tanah Maluku serta ikut berkompetisi dalam program berskala nasional bahkan internasional. Ketika sebagian anak Maluku masih harus belajar di jalanan, bahkan proses belajar dengan segala keterbatasan. Kesadaran akan pendidikan sudah harus segerah di samaratakan. Bagaimana dengan sumber daya alam yang akan di berdayakan, tanpa sumber daya manusia yang memadai. terutama Maluku termasuk daerah Maritim, yang memiliki kekayaan besar di bandingkan dengan daerah-daerah lain yang ada di Indonesia.
Dari Kantong Kresek, Mereka Makan
Kehidupan Anak Jalanan, tak perduli dimana kaki harus berpijak. Kehidupan yang menjadi tantangan  untuk mereka. Di pasar Arumbaing, Kota Ambon. Disitu mereka berjuang untuk hidup sebagai pencari nafkah, baik untuk keluarga, dan untuk dirinya sendiri. Walaupun dalam kondisi tersebut, mereka masih menginginkan pendidikan. Aktifitas mereka di pasar Arumbaing sebagai penjual kertas kresek. Aktifitas menjual Kresek mereka lakoni hingga soreh hari.                    Dari kertas Kresek, mereka mendapatkan sesuap nasi untuk, pengganjal perut. Kertas kresek yang di jual dengan harga Seribu Rupiah, di lakoni setiap hari. Ketika fenomena ini tidak teratasi, berapa banyak lagi generasi Maluku yang harus menjadi korban, Hari Sabtu dan Minggu, adalah hari untuk mengikuti proses belajar, yang diadakan oleh Komunitas Sekolah Jalanan. Proses belajar berlangsung dari jam Empat soreh sampai selesai. Apakah pendidikan seperti ini maksimal untuk generasi Maluku, sebagai peningkatan potensi mereka di bidang pendidikan dan pengembangan diri.
PENDIDIKAN TUBUH KEMAKMURAN
Pendidikan sangat penting bagi generasi penerus bangsa, kebutuhan masa depan bergantung kepada pendidikan hari ini. Maka itu pendidikan perlu di desain sebaik mungkin, baik dari masyarakatnya, sampai pada pihak yang mengatur roda pendidikan. Karena pendidikanlah potret untuk mengenal tubuh suatu bangsa. Maluku, Negeri yang berdiri diatas dua belas gugus Pulau, dengan berbagai macam Suku, Ras, dan Agama. Maluku, membutuhkan pendidikan yang sehat untuk mewujudkan maluku yang harmonis.
“Masalah kemasyarakatan, dan peradaban masa depan sangat bergantung pada pendidikan, jika perkara pendidikan tidak tertangani dengan baik dan sempurna, niscaya masyarakat akan tenggelam dalam kegelapan dan di telan penindasan kekuasaan yang sangat kejam.”(Shafinuddin al Mandari)
            Persediaan sarana dan prasarana,  adalah faktor utama untuk mengembalikan pendidikan yang bermutu. Serta biaya pendidikan yang disesuaikan berdasarkan pendapatan masyarakat berstatus ekonomi rendah (miskin), agar anak-anak yang berstatus ekonomi rendah (miskin), serta anak-anak yang sekolah di jalanan dapat diikutsertakan dalam perencanaan pendidikan maluku akan datang. Selebihnya adalah upaya untuk mengurangi serta memutus rantai kemiskinan di maluku. yang selama ini menjadi hambatan pengembangan mutu pendidikan. Serta program kerja sekolah diatur  sebagai standar dalam pengembangan mutu sekolah maupun institusi lembaga pendidikan.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu, insan pendidikan patut mendapatkan penghargaan karena itu berikanlah penghargaan, meningkatkan profesionalisme guru, Dalam meningkatkan mutu pendidikan, Guru sebagai pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, dan pendidik, memberikan sarana dan prasarana yang layak, serta mengurangi dan memberantas korupsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar