PAK ! KAMI BUTUH PENDIDIKAN YANG
LAYAK
Wujudkan Pendidikan Maluku Yang Sehat
Mari kita simak Pengertian
Pendidikan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pasal 1. menjelaskan
bahwa : Pendidikan
adalah usaha sadar, dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya.
Ini merupakan sebuah sistem, yang di atur pemerintah untuk menempuh pendidikan
yang berkualitas, bagi peserta didik. Dengan harapan, peserta didik dapat
memperoleh hasil yang berkualitas untuk pengembangan dirinya.
Permasalahannya,
apakah sistem yang di terapkan sesuai pengertian diatas, sudah di terapkan di
Maluku,? Apakah di terapkan secara merata?
Kalaupun jawabanya telah di terapkan, kemudian merata. Maka yang dapat saya
simpulkan tentang penerapan pendidikan khususnya, di Provinsi Maluku (Kota
Ambon), kurang maksimal, terlihat dari hasil observasi saya di pesisir pantai Losari, bahkan sampai di tengah-tengah
keramaian Lapangan Merdeka, kini masih ada sebegian anak-anak Maluku, yang
harus mengikuti proses belajar di jalanan, sebagai pengembangan diri. Ini adalah fenomena yang
perlu diatasi, demi mencapai pendidikan yang layak secara merata. Khususnya
anak jalanan di kota Ambon. Pendidikan di maluku di nilai memiliki peningkatan,
ketika semua kalangan telah merasakan pendidikan yang layak dan merata, baik
kalangan atas, menengah, dan kalangan bawah. Untuk merubah maluku kedepan, di
butuhkan pendidikan yang layak untuk semua kalangan.
Mutu pendidikan merupakan tolak ukur keberhasilan sebuah proses pendidikan
yang bisa dirasakan oleh masyarakat, mulai dari input (masukan), hingga output
(produk keluaran) dari sebuah proses pendidikan.
Pendidikan sehat bangsa
cerdas. “bebaskan biaya pendidikan agar
kami tidak mudah di bodohi,” kalimat bijak yang di ingatkan musisi
Indonesia Iwan Fals, merupakan bagian
dari solusi untuk menciptakan pendidikan terhadap generasi maluku yang cerdas secara
merata. Baik kecerdasan Emosional, Intelektual, dan Spritual. Ketika tiga
kecerdasan ini di miliki anak-anak di Maluku maka, yakin sungguh Malauku bukan
hanya di kenal dengan kekayaan sumber daya alamnya, namun sumber daya manusia
pun dapat di perhitungkan, juga sebagai pisau
untuk memutuskan rantai kemiskinan yang menjadi urutan ke tiga di
Indonesia.
Tujuan dari
pendidikan adalah untuk ‘memanusiakan
manusia’ menurut Paulo Freire. Bukankah anak jalanan juga layak untuk di
Manusiakan, lewat pendidikan yang merata. Karena selama pendidikan di Indonesia
belum merata, khususnya maluku, maka demokrasi kita akan selalu rusak
Sekolah Jalanan
Sekolah Jalanan, akhirnya tiga puluh orang anak maluku
mengecup pendidikan di jalanan. Pendidikan dari sebuah komunitas anak mudah
maluku, Komunitas Sekolah Jalanan
namanya. Sekolah Jalanan di bentuk pada september 2014 oleh Pemuda Maluku, yang
peduli terhadap pendidikan anak jalanan di Kota Ambon, kepedulian akan masa
depan anak-anak yang hidup di emperan jalan, namun , memiliki keinginan besar
untuk mendapatkan pendidikan.
Diakibatkan keterbatasan ekonomi yang mengharuskan mereka belajar
dijalanan, tanpa seragam, sepatu, bahkan fasilitas yang mendukung, sebagai
pengembangan kreativitas mereka, alam bebas adalah tempat mereka belajar,
persimpangan jalan yang penuh dengan luapan sampah, debu, asap knalpot. namun semangat akan pendidikan tak pernah
pupus.
Ketika berbicara tentang anak jalanan, maka yang terbayang adalah,
segalah macam diskriminasi. Berupa pencuri, maling, miras, bahkan segala macam
tuduhan yang berbau negativ, terlintas di kepala. Namun yang terlihat di komunitas
Sekolah Jalanan, sangat berbedah dari
apa yang selama ini kita pikirkan tentang anak jalanan, kategori yang salah
ketika kita mengelompokan perilaku anak jalanan, seluruhnya berbau negativ.
Sebagian anak jalanan masih menginginkan pendidikan yang layak, terlihat dari
komunitas Sekolah Jalanan, walaupun
di tengah keramaian, luapan sampah, debu, tetapi sangat juang akan pendidikan
selalu di perjuangkan.
Anak-anak yang cinta akan pendidikan, cinta akan Ilmu Pengetahuan adalah
anak yang menghormati Negerinya. Cinta akan Maluku sebagai tanah kelahirannya. Demi
pendidikan, mereka belajar, tanpa harus memperdulikan nasib mereka.
Dijalanan Kami Belajar
Kerinduan akan pendidikan terlihat dari tiga puluh orang anak jalanan di
kota Ambon, walaupun dengan segalah kekurangan, mereka tetap berusaha untuk
meraskan manisnya pendidikan. Lewat Komunitas Sekolah Jalanan mereka berproses sebagai manusia untuk di
manusiakan, tak perduli dimana mereka harus belajar.
Bagi mereka pendidikan
tidak harus diruangan,
yang memiliki kursi dan meja. Di jalanan, emperan, juga sarana untuk belajar,
hanyalah kesadaran akan pendidikan yang membuat kita sadar bahwa pendidikan tidak mengenal waktu
dan tempat. Keseriusan anak-anak jalanan akan pendidikan mengetuk hati,
menggugah perasaan.
Terkadang kita lupa bahwa anak jalanan, menginginkan hal yang sama
seperti anak-anak lainnya, yang dengan serta-merta menerima pendidikan
diruangan, dengan fasilitas yang menunjang. Tiga puluh orang anak Maluku yang berlatar belakang kurang mampu harus menghabiskan waktu dua kali
dalam seminggu untuk belajar di persimpangan jalan. Keterbatasan biaya yang menjadikan mereka harus
mengakhiri pendidikan disekolah. Lalu, dimana letak Keadilan Sosial yang diamanatkan Pancasilah sebagai pilar Bangsa
Indonesia.
Keterbatasan ekonomi yang menjadi hal dasar, sehingga mereka harus
memilih belajar di persimpangan jalan, tanpa harus memperdulikan konsekuensinya. Walaupun dengan pakaian yang
sobek, tanpa beralas sendal, diatas aspal yang penuh debu. Namun, anak-anak itu terlihat ramah saat
menerima pelajaran. Keseriusanlah yang menunjukan bahwa ternyata, anak
jalanan butuh pendidikan.
Masa depan masyarakat di perhadapkan dngan isu-isu global seperti, program
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), yang di berlakukan sesuai kesepakatan
pemerintah, ketika proses pendidikan tidak merata, siapakah yang akan mengelola
kekayaan di tanah Maluku serta ikut berkompetisi dalam program berskala
nasional bahkan internasional. Ketika sebagian anak Maluku masih harus belajar
di jalanan, bahkan proses belajar dengan segala keterbatasan. Kesadaran akan
pendidikan sudah harus segerah di samaratakan. Bagaimana dengan sumber daya alam
yang akan di berdayakan, tanpa sumber daya manusia yang memadai. terutama Maluku
termasuk daerah Maritim, yang memiliki kekayaan besar di bandingkan dengan
daerah-daerah lain yang ada di Indonesia.
Dari Kantong Kresek, Mereka Makan
Kehidupan Anak Jalanan, tak perduli dimana kaki harus berpijak. Kehidupan
yang menjadi tantangan untuk mereka. Di
pasar Arumbaing, Kota Ambon. Disitu
mereka berjuang untuk hidup sebagai pencari nafkah, baik untuk keluarga, dan
untuk dirinya sendiri. Walaupun dalam kondisi tersebut, mereka masih menginginkan
pendidikan. Aktifitas mereka di pasar Arumbaing
sebagai penjual kertas kresek. Aktifitas menjual Kresek mereka lakoni hingga soreh
hari. Dari kertas
Kresek, mereka mendapatkan sesuap nasi untuk, pengganjal perut. Kertas kresek yang di jual dengan harga Seribu Rupiah,
di lakoni setiap hari. Ketika fenomena ini tidak teratasi, berapa banyak lagi
generasi Maluku yang harus menjadi korban, Hari Sabtu dan Minggu, adalah hari
untuk mengikuti proses belajar, yang diadakan oleh Komunitas Sekolah Jalanan. Proses belajar berlangsung
dari jam Empat soreh sampai selesai. Apakah pendidikan seperti ini maksimal untuk
generasi Maluku, sebagai peningkatan potensi mereka di bidang pendidikan dan
pengembangan diri.
PENDIDIKAN TUBUH KEMAKMURAN
Pendidikan sangat penting bagi generasi penerus bangsa, kebutuhan masa
depan bergantung kepada pendidikan hari ini. Maka itu pendidikan perlu di
desain sebaik mungkin, baik dari masyarakatnya, sampai pada pihak yang mengatur
roda pendidikan. Karena pendidikanlah potret untuk mengenal tubuh suatu bangsa.
Maluku, Negeri yang berdiri diatas dua belas gugus Pulau, dengan berbagai macam
Suku, Ras, dan Agama. Maluku, membutuhkan pendidikan yang sehat untuk
mewujudkan maluku yang harmonis.
“Masalah kemasyarakatan, dan peradaban
masa depan sangat bergantung pada pendidikan, jika perkara pendidikan tidak
tertangani dengan baik dan sempurna, niscaya masyarakat akan tenggelam dalam
kegelapan dan di telan penindasan kekuasaan yang sangat kejam.”(Shafinuddin
al Mandari)
Persediaan
sarana dan prasarana, adalah faktor
utama untuk mengembalikan pendidikan yang bermutu. Serta biaya pendidikan yang disesuaikan
berdasarkan pendapatan masyarakat berstatus ekonomi rendah (miskin), agar
anak-anak yang berstatus ekonomi rendah (miskin), serta anak-anak yang sekolah
di jalanan dapat diikutsertakan dalam perencanaan pendidikan maluku akan datang.
Selebihnya adalah upaya untuk mengurangi serta memutus rantai kemiskinan di
maluku. yang selama ini menjadi hambatan pengembangan mutu pendidikan. Serta
program kerja sekolah diatur sebagai
standar dalam pengembangan mutu sekolah maupun institusi lembaga pendidikan.
Untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu, insan
pendidikan patut mendapatkan penghargaan karena itu berikanlah penghargaan,
meningkatkan profesionalisme guru, Dalam meningkatkan mutu pendidikan, Guru
sebagai pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, dan pendidik, memberikan sarana dan prasarana yang layak, serta mengurangi
dan memberantas korupsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar