Jurnalisme Keberagaman |
foto ini dari dokumen pribadi: Aktivitas Peserta Wokshop |
03 May 2015 kita dipertemukan dalam bingkai
multikulturalisme, di Kota Mataram, Asrama Haji, Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB).
Keluarga baru itu terdiri dari berbagai macam
suku, ras dan agama.
Berkat Serikat Jurnalisme
Keberagaman (Sejuk),kita mencoba untuk saling kenal satu sama lain.
Keluarga baru itu berjumlah 23 orang, yang terdiri
dari kota , Makassar, Manado, Kalimantan, Bali, Lombok, Mataram, Flores, dan
saya sendiri dari Ambon.
Pertemuan ini berawal dari kegiatan “Serikat Jurnalis Keberagaman” Yang
berlansung selama tiga hari. Salah satu kegiatan yang di bentuk untuk Mahasiswa
Pers Se-Indonesia untuk, “Meliput Isu Keberagaman”.
Keluargaku, semuanya baru aku kenal, karena
awalnya kita tak pernah kenal, kita terlahir dari satu Rahim, yaitu; Rahim Sejuk, sehingga
kalian aku anggap sebagai keluarga sendiri. Banyak hal yang dapat Aku terima
dari kalian semua, Keluargaku.
Kalian banyak mengajariku bagaimana mengenal
perbedaan. Dan bagaimana mencintai perbedaan, karena Dari perbeadaan itu,
tumbuh keluarga yang harmonis, walaupun kita baru kenal dalam beberapa hari
saja. Awalnya, aku mengira, kita hanya sekedar menjadi peserta Workshop. Namun, perkiraan itu salah.
Tuhan ciptakan pertemuan ini untuk bagaimana kita saling mencintai dalam Ukhuwa (saudara).
Kejujuranku
berharap dalam hati, semoga Keluarga ini tidak sekedar jamuan mesrah di Asrama Haji itu.
Badai boleh berlalu wahai keluargaku. Namun, cinta
dan kerinduan tetap menjadi sandaran hati. Aku sadar, dengan keadilan Tuhan,
dimana kita diciptakan dalam berbagai macam warna perbedaan, namun , tuhan
punya rencana lain, dari apa yang telah Tuhan ciptakan.
Kalaupun saat itu Tuhan menciptakan kita suku
Flores saja, mungkin, kita tidak akan berjumpa semesrah itu, dan tidak ada
kerinduan sedalam rinduku untuk kalian.
Aku, selalu bermimpi tentang meja makan,
ruang belakang, disana kita sering tertawa sama-sama. Meja itu kita di ajarkan
tentang keberagaman. Diajarkan untuk bagaimana merangkul keberagaman itu penuh
kasih.
Untuk kalian,
keluarga Sejuk dari Flores, banyak
hal yang aku pelajari dari kalian, kalian begitu baik, disaat malam, kalian
sering menceritakan kekayaan alam disana, Flores. Kalian adalah keluargaku
yang luar biasa, Cuma rindu yang dapat
mempertemukan kita keluargaku, Merindulah.
Untuk kalian, Keluarga Sejuk dari Manado, Minggu, 3 may di bandara Juanda, pertemuan yang sangat berkesan, kerinduan ini terus
menyapa. Pantai Senggigi punya cerita
tentang kita. Rangkaian cerita di Pura itu selalu ku Kenang. Bersama angin dan
desiran ombak, kita tertawa tanpa duka.
Untuk kalian, Keluarga Sejuk dari Bali, Kalian
banyak diam dengan Aku. Namun semuanya tidak mengurangi rasa sayangku untuk
kalian, berdasarkan Rahim Sejuk kita
diciptakan untuk ada dalam keberagaman. Dari kalian, aku mengenal Bali secara
sehat. Tuhan kita terlalu adil untuk mempertemukan kita di mimbar keberagaman.
Untuk keluarga Sejuk dari Makassar, Semuanya terasa indah pada waktunya, Bakso sama Nasi Goreng buat kita betah di bandara Juanda. Kalian mengajariku tentang kebersamaan, rasa kagum
berlimpah. Jujur, saat itu perutku masih lapar. Tapi, bersama kalian, aku happy.
Ingatkah Kalian keluargaku, saat terakhir kali kita berpisah di pintu keluar
bandara Hasanuddin, tatapanku mulai
berkaca, hampir tak relah melepas perpisahan itu.
Untuk Kalian, Keluarga Sejuk dari Kalimantan, perasaan cinta, sukar untuk mendahului
kalian, keberagaman mempertemukan kita pada waktu yang tepat, kalian menunjukan
karakter budaya kalian, aku bahagia dengan kalian, nonton Film di perbatasan kalimantan, aku menangis. Menangis melihat
Diskriminasi di perbatasan Kalimantan-Malaisya. Menulislah untuk mereka, karena
suara Pena, suara yang paling tajam, layak untuk membunuh mereka, sang otokrat.
Untuk kalian, keluarga Sejuk dari Lombok dan Mataram, aku benar-benar bahagia bisa hadir
di tempat kalian, yang Aku lihat semuanya menggugah perasaanku, keluargaku, kalian mengajariku tentang
kelembutan, serta kesederhanaan yang selama ini belum kutemui. Perjalananku di
Mataram, merupakan anugrah yang tak bisa di bayar dengan apapun. Suatu saat aku
akan menulis tentang Negerimu yang tercinta, Keluargaku.
Aku sendiri dari Ambon, Aku memiliki banyak
kekurangan, namun, aku berharap agar kalian memahami kekurangan itu, apa yang
pernah kalian lihat dari aku, itulah aku yang sebenarnya, aku Cuma ingin jadi
diriku sendiri. Aku tak se-Radikal apa
yang pernah kalian dengar tentang Ambon,itulah Ambon. Tebaslah Mitos tentang Ambon dengan cinta kalian.
Karena aku tidak Menginginkan sekat diantara Kita.
Aku
akan terus mencintai Kalian, seperti kata yang tak sempat di ucapkan kayu
kepada Api yang menjadikannya abu. Aku terus menyayangi kalian, seperti isyarat
yang tak sempat diucapkan hujan kepada awan, yang menjadikannya tiada. (Sumber:
Kutipan)
Aku menulis di Pesawat, dari keberangkatanku
di bandara lombok, hingga bandara Hasanuddin,
Makassar. Aku duduk di kursi nomor 25 F, LION
AIR. Disampingku ada seorang bapak bersama putrinya, rupanya mereka orang Manado. Ayah dan putri berkulit
saomatang itu mereka terlihat mesrah. Sesekali mereka menyempatkan mata melirik
jari-jariku menari diatas keyboard.
Jam 03.25 Wita. Hari berganti menjadi Rabu, Aku bertolak dari Hasanuddin menuju Pattimura, rasanya waktu begitu cepat keluargaku, keindahan di
bilik Asrama haji Terlalu singkat
Untuk aku dan kalian, aku selalu berharap
semoga kemesraan ini janganlah pernah berlalu.
Untuk
orang yang pernah perasaan ini menyapa, di kamar 108 Asrama Haji, Aku Cuma menginginkan keterbukaanku, sehingga
semuanya tidak tertutup rasah yang akan menjadi Limbah. Perasaan ini, akan
selalu kusimpan, dan akan aku jadikan kado
terindah dari Mataram.
Hay.. tersenyumlah ! Kalian semuanya,
tersenyumlah. Aku rindu tawa dan canda Kalian, Di benakku, Sejuk adalah Tuhan, dimana kita di bingkai menjadi satu. Hay..
Senyum lagi ya ? iya sekali lagi.
Akhir dari cerita ini, Aku Cuma minta satu
hal dari kalian keluargaku, jangan pernah melupakan apa yang pernah kita
rasakan bersama, apa yang telah kita lalui seksama. tanamkan dalam hati kalian
bahwa, kita jauh bukan berarti kita musnah, kita jauh bukan berarti kita tak
pernah kenal.
Tapi, tanamkan dalam hati kalian,
sesungguhnya kita jauh, karena kita belajar untuk mendekat. Keberagaman adalah
anugrah yang terindah untuk setiap Manusia. Manusia yang tau arti kehadirannya
di tengah keberagaman.
**SEJUK
HATIKU BERLIMPAH RUAH, BERSAMA KALIAN AKU MENJADI ADA.**
Milad Sejuk
: 03 May 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar