Nawala Patra

Senin, 03 Agustus 2015

Separuh Doa' Di Kota Jawa

Matahari tampak terbenam, bias jingga memudar di kaki langit, Sementara sang Mu'azin dengan suara merdu dan lantang menyerukan Adzan, Isyarat memuji dan memuja sang pencipta, Mencipta akan seluruh jagat Raya. Keindahan suara itu, mengajak sang bocah yang berada di tepi pantai bergegas laju menuju arah sang Mu'azin, suara itu pun terhenti, sang bocah tiba di masjid, rumah ibadah bagi Agama Islam.

Al- huda, bangunan Masjid yang berada di persimpangan Jalan Ir. M Putuhena, Desa Rumah Tiga, Kota Jawa, berdiri kokoh menghadap laut arah Barat. Sementara, arah kiblat menuju darat arah timur, dengan merdu dan memikat, suara sang imam yang terdengar melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an secarah faseh, suara itu terdengar dari dekat dinding-dinding Al- Huda, tembok beton berwarna putih. Sang bocah pun mengikuti ritual wajib sebelum memulai sembahyang. berwudhu, mensucikan kedua telapak tangan sampai kaki.


Hari itu, para Peminat Al- Huda kurang, keramain tampak tak terlihat, Saat kaki kanan sang Bocah melangkah masuk, berdiri diantara sisi kanan Sap depan setelah sang imam. "Allah Hu Akbar" Kata itu bergumam dalam hati, sambil mengangkat kedua telapak tangan, menyentuh dahan telinga dan meletakannya diatas dada, dilanjutkan dengan melafalkan Doa' Iftitah serta Al- Fatiha, berharap Khusyu.

Proses penyembahan itu berlangsung sebanyak Tiga Raka'at, berakhir dengan salam, berharap Tuhan membuka Pintu ampunanNya. Setelah ritual itu selesai, semuanya bergegas dari rapian sap yang tertata rapi, sebagian dari mereka langsung keluar, sementara ada beberapa orang yang mengambil posisi dan melanjutkan Shalat Sunnah. Dan Bocah itu, mengangkat kedua tangan mungil menghadap wajahnya yang masih dipenuhi butiran-butiran Air Whudhu yang tersisah, berharap Hibah sang pencipta.

"Rabbana atina Fiddun'ya Hasanah Wafil Akhirati Hasanah Wakina Ajabannar." menutup Doa' meminta pertolongan atas keselamtan dunia dan akhirat. Nafas pun merebah, kedamaian telah dijumpai, hati kian kerap resah, merintih dalam ketakutan, wajah Tuhan kian terpasung diantara setiap tatapan mata memandang, melihat keindahan yang kian elok. Kedamaian jiwa bak permata yang tersulam dalam aliran darah yang mengalir, melaju mendekap bersandar pada sang pencipta.

Diluar sana, perkampungan Kota Jawa. lampu-lampu kota terlihat jelas, sejauh mata memandang, terlihat serpihan cahaya memancar dari setiap sisi kota, Ambon Manise. Sementara pengendara mobil, Motor, sibuk berlalu-lalang, mencari kenikmatan malam itu. Malam yang dingin, malam yang terlampau akan kehidupan siang. Sang bocah pun melangkah maju, dengan langkah yang tertata rapi menuju peraduan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar