Nawala Patra

Senin, 03 Agustus 2015

La Tuba'a Sang Marbot Al-huda

    Sejak 1959 Sang Kakek bertualang di Negri Raja-Raja, kota Ambon. Proses perjalanan panjang dari Negeri Kraton, Kota Bau-Bau, yang di kenal sebagai Ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
sang kakek yang berusia mendekati 70 tahun ini, Akhirnya Menghabiskan masa mudanya di tanah rantau bersama istri dan dua orang putranya. sekarang, sang kakek tinggal di Kota Jawa, kecamatan Teluk Ambon.

    La Tuba'a laki-laki dari dua orang anak ini harus menghabiskan masa hidupnya di negeri raja-raja. Sejak 1959, saat kota ambon masih dalam keadaan rimba belantara, kehidupan ekonomi masih di bilang sulit, bahkan transportasi dari Kota Jawa masih menggunakan perahu, dimana masyarakat masih perlu habiskan tiga jam untuk menempuh kendaraan sebagai transportasi menuju kota Ambon. Saat itu pusat transportasi masih berada di daerah Galala, atau sekarang kita kenal sebagai tempat Fery, transportasi yang menghubungkan Galala-Poka.

    Tuba'a dengan usia yang cukup tua, dan wajah yang terlihat keriput itu harus menghabiskan masa tuahnya sebagai seorang Marbot. Sejak 2010, Tuba'a ikhlas bekerja sebagai pembersih lingkungan sampai ruang Masjid yang di jadikan sebagai tempat ibadah. Pekerjaan tersebut dilakukan setiap hari, tanpa memperdulikan berapa rupiah yang akan ia dapatkan untuk mendapatkan sesuap Nasi.

    Lima Tahun hidup sebagai seorang duda, baginya, diusia yang begitu lanjut berbagai pekerjaan sudah tak mampu ia kerjakan, selain menjadi seorang pembersih tempat ibadah di Kota Jawa. Wajah keriput tua itu, tampak tak terlihat wajah lelah, hanya ada senyum yang terpancar dari tatapan matanya yang kian nanar, ketakutan akan kematian pun begitu hilang. Bahkan rasa syukur itu terucap beberapa kali saat menceritakan perjalanan dari tanah kelahihrannya hingga menjadi seorang Marbot di tanah rantau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar