Menyambut aktivitas seperti biasa, menuju kampus ditengah sunrise mulai mekar. Keramaian tampak jelas, mahasiswa berlalu-lalang. Ada yang berdiri di bawah pepohonan, ada yang menuju langsung ke fakultas masing-masing. Senin, (12/10)
Mochtar,
dosen yang paling ditakuti mahasiswanya, bukan karena jahatnya, juga bukan
karena wajah yang menyeramkan, namun karena disiplin yang ia terapkan. “Aku,
tidak membolehkan yang terlambat mengikuti kuliah,” katanya, yang selalu
diingatkan sebelum menyampaikan mata kuliahnya.
Selain
mengajar Feature, dosen yang suka disapah ‘Abang’ ini mengajar Jurnalisme
Investigasi. Namun, Ia hampir tak luput dari disiplinnya. Dua mata kuliah yang
dirangkap, aturannya sama.
Ihsan (22),
mahasiswa Jurnalistik semester lima, tampak kaget setelah tiba di depan pintu
kelas, melihat pintu yang tertutup rapat,“Waah ! Terlambat lagi,” ujarnya
sambil menggaruk kepala.
Ia berdiri
sejenak, mengintip dari lubang kecil pada pintu berwarna coklat, namun,
tatapannya tidak membuahkan hasil, tak terlihat gerak-gerik dosennya sedikitpun,
hanya suara yang terdengar samar, menghampiri dinding beton fakultas.
Tak lama
kemudian, dahang p
intu terbuka, disusul beberapa mahasiswa yang tampaknya haus
akan udara diluar, sempat terdengar diantara mereka berbincang tentang tugas
yang dikasih dosen. Setelah mendengar percakapan itu, Ihsan pun menghampiri seorang
lelaki, tubuhnya kurus dan hitam.
Nuruludin (20), yang berjabat
sebagai Ketua Tingkat bagi Jurnalistik semester lima, ia tersentak kaget melihat seorang lelaki yang
tiba-tiba datang menghampirinya, “Nur, pak dosen suruh buat tugas?” Tanya Ihsan
kepada ketua kelasnya.
Pagi itu, fakultas Ushuluddin tampak ramai,
puluhan mahasiswa berlalu-lalang sambil menunggu kedatangan dosen. Nuruludin
yang sedang berdiri kaku berdiri berhadapan sambil menjawab pertanyaan. “Ia,
kita disuruh buat Feature sesuai pertemuan
hari ini,” tuturnya, sambil melangkah maju menuju lantai satu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar