Nawala Patra

Senin, 29 Juni 2015

Dua Cangkir Kopi Di Bandara Pattimurra

Rabu pagi, Pukul 05.15 Wit. Saat fajar tak tampak, terlihat wajah awan hitam terbentang, bertanda akan turun gerimis, dugaan itu pun terjadi. Gerimis menyapa saat berada diatas garis putih aspal, melaju bersama sepeda motor. Perjalanan menuju Bandara Pattimura. Bersama kendaraan butut itu melaju dengan kecepatan 60-80, terlihat diantara gerak jarum speed meter, mengejar waktu yang tersisah.

Kita pun tiba di Bandara, disitu tak tampak gerimis ayang turun, kecuali butiran-butiran kecil yang tersisah menyilimuti kendaraan bututku. Suara keramaian tampak terdengar jelas, sebagian mereka yang sibuk untuk berangkat, sementara yang lain menunggu jemputan keluarga, kolega, yang tiba di bandara Pattimura. Rahman (31) menenteng Ransel birunya, menuju pintu masuk untuk cek in, sementara aku berdiri mematung melihat laki-laki itu menuju pintu masuk yang dikawal oleh tiga orang penjaga, tiba-tiba dia pun hilang lenyap dari pandanganku yang mengikuti langkahnya.



Pagi itu keramaian tampak terlihat diantara pelataran bandara, menjelang Ramadhan orang-orangpun berdesakan menuju pintu masuk dan keluar. Dan aku pun kembali dari jiwaku yang mematung, menuju kendaraan bututku yang siap mengantarku kemana saja.

Depan bandara, terlihat beberapa warung kopi yang berjejer, rupanya warung itu menunggu kedatanganku. Setiba di Warkop, ku jajani sebungkus rokok Filter selerahku, sambil memencet tombol handphone yang bergetar di saku celana. Setelah ku buka isi pesan itu, "Dimana" pesan dari Kakaku, yang menghilang 10 menit lalu, Rahman. "Di warung, beli rokok," "datang kita minum kopi." Tawaran yang bagus dari kakaku lewat sms. Akupun kembali, masuk ke bandara menemuinya.

"Bagaimana, apakah kamu mau minum kopi,?" "Iya boleh, kalau mau traktir !" jawabku dengan sedikit senyum yang menggoda. Di bandara dekat kita berdiri, ada beberapa kafe yang berjejer, kita pun menuju kafe paling ujung, Ekspres namanya. Jamuan menawan, Kopi Susu dengan warna pekat sesuai pesanan kami.

Cafe Taria Ekpres, letaknya di lokasi bandara Pattimura , menyambut kami dengan racikan dua gelas kopi susu ala Ambon. Warna kopi pekat di bumbui dengan butiran hitam, menempel di bagian lingkaran gelas bundar. Racikan kopi itu manis, menerjemahkan simbol kota Ambon Manise. Kopi susu dengan harga yang khas ala Bandara, tentunya berbeda dengan harga yang sering kita temui di warung-warung persimpangan jalan, memiliki harga tersendiri.

Sajian pagi yang istimewa, menyambut fajar tanpa cahaya, kota ambon mendung, serasih warna kopi yang di sediakan. Celoteh pagi pun memikat hati, manise begitu terasa di ujung lidah, menyantap manis kopi ala bandara. Beberapa pengunjung pun berada diantara kami, dengan sajian menu yang tentunya berbeda sesuai selera di Rabu pagi. Santapan kopi di kafe sambil menunggu keberangkatan Lion Air, pesawat yang akan di terbangkan pada 08.00 Wit, dengan tujuan Makassar-Balikpapan.

Rahman, yang siap berangkat menuju Kalimantan, sebelum ada panggilan, dua cangkir kopi meramu tubuh yang menggigil, hangat rasanya. Habiskan 15 menit bersama Roko Filter serta kopi susu dengan warna pekat.

Saat itu udara dingin, angin mengejar menuju arahnya yang tak pasti, menyusup dalam sutraku, merubahku menjadi tidak normal, menggigil saat udarah itu menyerbu tiba-tiba, dan memaksaku untuk tetap dingin.
Saat panggilan keberangakatan Lion Air telah di komandangkan, sebatang rokok menyisip diantara bibir segerah di matikan, dua cangkir kopi yang masih menempati meja itupun di habiskan dengan satu tegukan.

Rahman, bergegas menyiapkan Tas kecilnya yang diletakan diatas kursi kosong yang berada disampingnya, kancingan Jacket pun dipasang dan segerah menenteng Tas kecilnya menuju arah pintu masuk nomor 2. "Saya berangkat yah !" "Iya, hati-hati dijalan." Jawabku mesrah, sambil berdiri tegak dengan mata yan tak berkedip, melihatnya masuk, menuju arah parkiran Pesawat Lion Air.

Rabu- 17.06.2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar