Nawala Patra

Kamis, 12 Maret 2015

Pemerintah belum menyelesaikannya Pesoalan Perempuan

Aktivis Perempuan Peringati Women Day

AMBON, AE—Pemerintah Provinsi Maluku dan pemerintah kabupaten/kota dinilai belum punya komitmen untuk menyelesaikan persoalan diskriminasi dan pemenuhan hak asasi perempuan di Maluku. Padahal perempuan juga punya peran siginifikan dalam mencerdas dan membangun bangsa dan negara.
Hal ini ditegaskan Direktur LAPPAN (Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Anak) Maluku, Baihajar Tualeka kepada wartawan usia acara peringatan Internasional Women Day (Hari Perempuan Internasional) pada 8 Maret di Tribun Lapangan Merdeka.


Tueleka menyebutkan, persoalan perempuan yang kurang mendapatkan perhatian beruapa kekerasan fisik, pemiskinan perempuan dan persoalan perempuan adat lainnya. Secara umum Tuelaka menilai, masih sangat kurang perhatian pemerintah daerah.

“Kami melihat pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota belum maksimal menyelesaikan persoalan perempuan. Pemiskinan perempaun dan diskriminasinya berlapis-lapis. Pemerintah belum punya komitmen untuk menyelesaikannya,” ungkap dia.

Dikatakan, kondisi perempuan Maluku paska konflik sosial sangat memprihatinkan. Padahal, lanjutnya, peran perempuan dalam memulihkan stabilitas keamanan dan ekonomi sangat besar. “Situasi paska konflik, perempuan tambah miskin. Padahal perempuan yang merawat dan melakukan upaya perdamaian. Kemudian turut memelihatra sektor informal. Ini yang harus diperhatikan oleh pemerintah,” imbuhnya.

Negara dalam hal ini pemerintah daerah berkewajiban memberikan pemenuhan hak-hak asasi perempuan sebagai manusia layaknya kaum laki-laki. Dan, tidak hanya dalam bentuk realitas saja, namun menguatkannya dengan regulasi dan anggaran. “Tidak hanya dalam bentuk formalitas saja, tetapi dibuktikan dengan hal yang konkrit. Misalnya dengan menyediakan anggaran dan kebijakan yang pro terhadap perempuan. Ini yang kita harapkan,” pinta dia.

Olehnya itu, lanjut dia, peringatan Women Day merupakan salah upaya nyata yang dilakukukan untuk menggugah pemerintah. Selain itu, kegiatan tersebut juga bertujuan meningkatkan solidaritas perempuan Maluku dalam melihat dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi selama ini. “Kalau dari temanya Mengenyam Asa dan Tekad Perempuan Maluku.

Ini bermakna bahwa perjuangan ini tiada akhir. Bagaimana solidaritas yang ada ini kita pupuk dan pelihara. Nah, gerakan ini juga muncul untuk menggugah pemerintah melihat persoalan perempuan yang kompeleks itu,” urainya.

Perayaan Hari Perempuan Internasional kali ini diikuti sekitar ratusan aktvis perempuan, kelompok pendamping kekerasan terhadap perempuan, anak sekolah dan anggota DPRD perempuan Kota Ambon. Acara dimulai dengan pemutaran film dokumentar, pembacaan puisi oleh penyair Rudi Fofid dengan judul”Flamboyan” dan perenungan bersama yang ditandai dengan pembakaran lilin.(TAB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar